Tuesday, September 5, 2017

Mimpi Besar Menpar Arief Yahya Lewat Homestay Desa Wisata

Mimpi besar Menpar Arief Yahya yang hendak diwujudkan mengenai pariwisata Indonesia adalah Homestay Desa Wisata yang menjadi industri baru dalam pengembangan amenitas pariwisata. Indonesia pun akan menjadi negara dengan homestay terbesar, terbanyak, dan terbaik dunia.

Tahun ini saja, ditargetkan 20.000, tahun 2018 ditambah 30.000, dan 2019 dibangun 50.000 yang bakal mencapai 100.000 pada 2019. Homestay dikelola secara korporasi, bukan cara koperasi, dijalankan dengan bisnis baru, berbasis pada digital yang disebut Menpar sebagai digital sharing economy.

Dalam Rapat Koordinasi Pariwisata II/2017 yang digelar bulan Mei lalu, dilansir dalam Tempo.co.id, Menpar Arief Yahya mengungkapkan tentang program Homestay Desa Wisata yang dilaksanakan mulai tahun ini. Program tersebut merupakan kontribusi Kemenpar terhadap Program Sejuta Rumah bagi Masyarakat Berpenghasilan Rendah (MBR). Pembangunan homestay mempunyai nilai strategis. Terutama untuk memperkuat unsur Amenitas dalam teori 3A, yakni atraksi, amenitas, dan aksesibilitas.

Menurut travel.detik.com, Pariwisata merupakan sektor prioritas pembangunan pada 2015-2019 selain infrastruktur, maritim, energi dan pangan. Presiden Joko Widodo telah menetapkan pariwisata sebagai leading sector serta menetapkan target parwisata tahun 2019 menjadi dua kali lipat yakni kontribusi pariwisata terhadap PDB nasional sebesar 15%, devisa yang dihasilkan sebesar Rp 240 triliun, sedangkan jumlah kunjungan wisatawan mancanegara (wisman) ke Indonesia sebanyak 20 juta dan pergerakan wisatawan nusantara (wisnus) di Tanah Air sebanyak 275 juta, serta membuka 13 juta lapangan kerja.

Untuk mencapai target tersebut Kemenpar telah mengembangkan 10 destinasi prioritas pariwisata sebagai 'Bali Baru' serta menetapkan tiga program utama (top 3 program) yang dilaksanakan tahun ini yaitu digitalisasi, homestay, dan konekstivitas. Program ini juga untuk mendukung branding baru 10 destinasi pariwisata utama, Great Bali, Great Jakarta, Great Kepri, Joglosemar/Jogja-Solo-Semarang, Coral Wonders/Wakatobi-Bunaken-Raja Ampat, Medan, Makassar, Lombok, dan Banyuwangi.

Sebelumnya, dalam Kompas.com, beberapa pengelola desa wisata dan homestay mendapat penghargaan "ASEAN Award 2017" untuk kategori "Homestay" dan "Community Base Tourism (CBT)" tingkat Indonesia. Penghargaan itu diserahkan pada acara ASEAN Tourism Award 2017 di Hotel Pan Pacific, Singapura.

Menteri Pariwisata Arief Yahya menyerahkan penghargaan tersebut kepada para pemenang di hadapan beberapa menteri pariwisata negara anggota ASEAN dan organisasi industri pariwisata di Asia Tenggara.

Hal ini sungguh membanggakan dan penting bagi kemajuan pariwisata Indonesia. Seperti keterangan dalam kompas.com, penghargaan untuk lima homestay bertajuk "ASEAN Homestay Award 2017" diberikan kepada para pengelola homestay. Para pemenang kategori Homestay tingkat Indonesia antara lain:
- Suweden Homestay, Bali
- Homestay Bunga, Dieng Kulon, Jawa Tengah
- Homestay Adiluhung, Yogyakarta
- Homestay Suheri, Jawa Tengah
- Homestay Teratai 3, Cibuntu, Kuningan, Jawa Barat.

Sementara, untuk penghargaan community base tourism bertajuk "ASEAN CBT Award 2017". Penghargaan CBT diberikan kepada pengelola desa wisata yakni:
- Desa Wisata Nglanggeran, Gunung Kidul, Yogyakarta dengan perwakilan pengelola yaitu Sugeng Handoko
- Desa Wisata Dieng Kulon, Banjarnegara, Jawa Tengah, dengan perwakilan pengelola Alif Faozi
- Desa Wisata Panglipuran Bangli, Bali dengan perwakilan pengelola I Nengah Moneng.

Menpar Arief mengatakan bahwa tujuan dari penghargaan yang diterima Indonesia sebagai bentuk apreasiasi untuk pariwisata berkualitas yang langsung melibatkan masyarakat.

Arus Wisata Terus Berkembang, Garuda Indonesia Terbang ke Banyuwangi

Bupati Banyuwangi, Abdullah Azwar Anas, menyambut gembira pembukaan rute penerbangan baru Jakarta-Banyuwangi, oleh Maskapai Garuda Indonesia secara langsung (direct flight) mulai 8 September 2017 yang akan datang. Tambahan penerbangan itu berarti akan ada enam kali penerbangan menuju Banyuwangi per harinya.

”Jujur saja, kami di Banyuwangi awalnya tidak pernah menyangka perkembangan penerbangan ke daerah bisa cukup pesat seperti ini,” ujar Anas dalam keterangan tertulisnya, seperti dilansir kumparan.com.

Dikatakannya, Banyuwangi memulai pengembangan daerah secara bertahap. Berbagai keterbatasan yang ada dijadikan tantangan dan kesempatan untuk memajukan daerah.

”Kami memulai dari tak ada penerbangan sampai sekarang ada enam kali penerbangan tiap hari. Dengan arus wisatawan, dunia usaha, kalangan pendidikan, dan masyarakat luas ke Banyuwangi, tentu ini berdampak positif ke ekonomi, yang di antaranya ditunjukkan dengan peningkatan pendapatan per kapita warga dan penurunan kemiskinan," ujar bupati berusia 44 tahun ini.

Tambahnya lagi, Jakarta merupakan jantung ekonomi Indonesia. Termasuk pasar wisatawan domestik terbesar juga ada di sana. Jadi tambahan rute dari Garuda ini menjadi peluang bagi Banyuwangi dan sekitarnya untuk terus mengembangkan daerahnya.

Di sisi lain, dalam Viva.co.id, Pariwisata Banyuwangi memang makin seksi. Beragam maskapai mulai memesan slot untuk mendaratkan pesawatnya ke ujung timur Jawa Timur itu. Dari NAM Air, group Sriwijaya hingga Garuda Indonesia yang berkomitmen terbang di waktu yang sama, 8 September 2017 nanti. Pilihan Presiden Joko Widodo menempatkan sektor pariwisata sebagai core economy bangsa itu tepat. Maka, magnit yang membuat maskapai penerbangan nasional itu ke daerah berjuluk Sunrise of Java itu tak lain adalah pariwisata.

Menurut Menpar Arief Yahya, pasarnya memang ada, dari Banyuwangi, Jember, Situbondo, Bondowoso dan Jembrana. Total penduduknya lebih dari 2 juta dari 5 kabupaten terdekat. Ia berharap, Kabupaten Banyuwangi memiliki bandara internasional untuk meningkatkan jumlah kunjungan wisatawan ke kabupaten yang sudah mendapat predikat Kota Festival tersebut.

Arus frekuensi wisatawan domestik maupun wisatawan mancanegara memang makin meningkat saja dipicu keindahan destinasi dan atraksi-atraksi yang dimiliki Banyuwangi. Ini berkat kegigihan Bupati Anas yang terus meningkatkan amenitas, akses, dan atraksi di Banyuwangi, lewat agenda wisata tahunan yang terangkum dalam Banyuwangi Festival yang digunakan untuk menarik wisatawan. Tahun 2017 ini saja, ada 72 event yang digelar sepanjang tahun.

Kabut Salju Dessert, Kejutan Dunia Ice Cream

Kota Bandung memang terkenal sebagai kota “anak nongkrong” yang benar-benar cozy. Bagaimana tidak, ada ratusan tempat nongkrong yang menyajikan menu kuliner yang menarik, khususnya bagi orang muda. Dalam ulasan laman infobdg.com, salah satu yang menarik adalah kuliner dessert atau makanan pencuci mulut di seputar kawasan Jalan van de Venter, yaitu “Matcha soft dessert” yang terkenal dengan ice cream yang dipadu dengan topping dry ice dan cutton candy. Paduan dry ice itu membuat ice cream terasa mempunyai sensasi “salju” yang menggumpal layaknya “kabut” dan membuat menarik serta begitu eye catching.

Di tempat nongkrong Kabut Salju Dessert dan Coffee ini, Anda dapat mencicipi aroma ice cream yang menyegarkan, unik dan terasa “berkabut” serta “bersalju.” Tentunya, di tempat nongkrong Kabut Salju Dessert dan Coffee ini tidak hanya menyajikan sajian ice cream, namun kudapan-kudapan yang memberikan suasana nongkrong menjadi menarik. Apalagi, suasana tempat nongkrongnya dihiasi kaca dan dekorasi yang memberikan nuansa menjadi begitu nyaman.

[caption id="attachment_2469" align="aligncenter" width="852"] Inovasi menarik dunia ice cream ala Kabut Salju Dessert Bandung. (foto: pergikuliner.com)[/caption]

Nah, jika Anda mampir ke Kabut Salju Dessert dan Coffee ini, cobalah rasakan sensasi “Matcha soft dessert,” sebuah sajian ice cream yang dihiasi taburan bubuk matcha, lalu ada gula kapas biru mirip awan yang diberi campuran dry ice. Paduan itu akan membuat “Kabut Salju” yang unik dan menarik.

Kabut Salju Dessert dan Coffee ini memang terbilang bukan tempat yang besar, namun nyaman untuk nongkrong dan berbagi cerita. Nuansa cozy ala anak muda, membuat Kabut Salju Dessert dan Coffee ini memberikan kesan tersendiri. Maka, jika Anda mampir ke Bandung, sempatkanlah merasakan “Matcha soft dessert,” nya yang terkenal itu. Buktikanlah, apakah “Matcha soft dessert,” terlihat seperti kabut salju yang indah, karena inilah keunikannya.

Di samping uniknya itu, Anda juga dapat merasakan kenikmatan rasa “Matcha soft dessert,” yang enak dan tentu sedap. Dan, jangan lupa ya, Anda dapat berswafoto dengan kabut saljunya yang menarik dan unik ini. Jangan lupa juga, bawalah teman dekat Anda, karena tidak hanya sensasi kabut saljunya, tetapi juga romatisnya suasana.

Minum Air Putih dan Beberapa Tips Wisata Kuliner Lainnya

Padukan kegembiraan menikmati perjalanan wisata Anda dengan perburuan masakan andalan tempat Anda berwisata, agar wisata kuliner Anda menjadi sempurna dan memuaskan. Terdapat beberapa tips seputar wisata kuliner bagi Anda yang suka melakukan perjalanan wisata.

Tentu mengumpulkan referensi selengkap-lengkapnya akan bisa membuat Anda memahami situasi tempat yang akan Anda kunjungi. Keunikan budaya, wisata andalan tempat yang bersangkutan, biaya-biaya yang harus dikeluarkan, wahana, terutama soal kuliner khas tempat wisata Anda.

Prioritaskan pada makanan yang paling khas di antara yang khas, baru setelahnya makanan khas lain ketika perut Anda masih belum terlalu kenyang. Buat batasan yang hendak disantap atau prioritaskan beberapa makanan khas di destinasi wisata Anda. Selain akan memenuhi rasa penasaran Anda, kepuasan Anda saat mencicipi masakan akan terasa orisinil di lidah Anda yang belum terkena makanan lain.

Oh ya. Jangan lapar mata juga, tidak semua kuliner cocok di lidah Anda. Tapi yang jelas, semakin unik kulinernya, Anda semakin wajib mencobanya. Siapa tahu Anda terinspirasi oleh keunikan rasanya dan ingin mengembangkannya di wilayah Anda tinggal. Buat juga jeda waktu antara kuliner satu ke kuliner berikutnya, agar Anda tidak kekenyangan dan tetap bisa menikmati kuliner khas daerah wisata Anda.

Berdiskusi dan jalan-jalanlah dengan sesama pencinta kuliner. Perjalanan Anda akan lebih seru dengan informasi-informasi spesial yang tak bisa Anda dapatkan di media umum. Tempat-tempat dan masakan unik sudah pasti bisa Anda jelajahi.

Tanya harga terlebih dahulu. Menurut detik.com, Anda adalah salah satu sasaran empuk penjual nakal. Karena tahu tujuan pelancong datang untuk menikmati kuliner, para pedagang nakal ini bisa saja tiba-tiba menjual dengan harga tinggi.Tanya dulu harganya sebelum menyantap makanan. Dengan demikian, Anda tetap bisa makan enak tanpa khawatir kantong jebol.

Yang jadi tujuan traveler biasanya adalah bisa menyantap banyak jenis kuliner. Agar bisa melahap banyak makanan, pilih saja air putih sebagai minuman. Milkshake, jus atau bahkan kopi hanya akan membuat perut Anda cepat kenyang. Hasilnya, makanan yang disantap semakin sedikit.

Hmm,...selain buat daftar tempat-tempat kuliner yang Anda kunjungi, menjaga kesehatan diri juga hal amat penting. Menurut Blencong.com, penting untuk memastikan bahwa Anda berada dalam kesehatan yang terbaik sebelum memulai liburan kuliner. Uji alergi karena Anda bisa tahu bahan apa yang bisa membahayakan Anda. Juga, jika Anda memiliki pencernaan atau masalah lain yang bisa diperparah oleh makanan, bawalah dan minum obat yang tepat untuk itu.

Kini, silahkan Anda memulai perjalanan kuliner Anda. Selain masakan di restoran yang mungkin Anda anggap bercitarasa tinggi, perlu juga Anda mencicip kuliner di tempat kecil pinggir jalan. Anda akan merasakan kuliner yang otentik dan menakjubkan berikut cerita penuh makna dari penduduk lokal.

Sensasi Glamping Ala Indian Apache, The Highland Resort Park Bogor

Berangan merasakan berdiam di tenda salah satu suku Indian, Apache yang terbanyak di Amerika itu, menjadi hal yang mungkin diwujudkan di The Highland Resort Park, Bogor.  Anda akan merasakan sensasi berada dalam suasana seperti film tentang suku Indian di televisi.

The Higland Park Resort Bogor berada di kaki Gunung Salak dengan ketinggian kurang lebih 800mdpl. Sampai di sini, sudah bisa dibayangkan kesejukan udara di sekitarnya.  Bisa jadi Anda enggan beranjak kemana-mana apabila telah merasakan tinggal di dalam tenda suku Indian Apache tersebut. Suasana yang tenang, sejuk, dan nyaman, jauh dari pusat Kota Bogor yang tidak bebas polusi, tentu menahan Anda untuk tetap tinggal di dalam tenda.

Menurut hellobogor.com, Anda tak perlu kuatir. Kamar Apache ini bukan terbuat dari plastik dan bahan yang membuat kita kedinginan dan was-was. Di dalamnya, justru nyaman sekali. Hanya lampu yang terlihat jauh di atas sehingga kadang seperti temaram. Kondisi kamar dan fasilitas ruang mandi dan shower-nya terinstalasi dengan nyaman dan aman.  Jadi, tenda ini meniru konsep Indian Apache namun tetap nyaman seperti masuk kamar hotel.

[caption id="attachment_2461" align="aligncenter" width="1080"] The Highland Park Resort Bogor yang mirip perkampungan suku Indian dengan tenda Apache-nya di kaki Gunung Salak. (foto: harianpost)[/caption]

Namanya saja glamping, glamourous camping. Tentu tidak seratus persen Anda berkemah dengan fasilitas serba terbatas, apalagi di tengah alam yang liar. Anda hanya merasakan sensasi berkemah saja, semua perabotan di dalamnya masih seperti kamar hotel.

Dari kejauhan, menurut ayoplesiran.com. tenda Apache yang berbentuk segitiga ini memang terlihat kecil menjulang, namun ternyata setelah masuk ke dalam, kamar ini cukup luas. Di dalamnya terdapat satu ranjang berukuran besar, televisi lebar layar datar, sepasang sofa, meja, gantungan handuk, serta rak meja dan sepasang nakas di samping tempat tidur. Bagian dalam tenda dilapisi kain berwarna abu-abu keperakan dengan lampu yang berada nan tinggi di atasnya sehingga sinarnya redup hingga ke bawah.

Cukup banyak aktivitas yang bisa dilakukan di tempat ini, sehari nampaknya kurang puas apabila Anda ingin merasakan keseluruhan suasana alam di kaki Gunung Salak ini. Gunakan tenda Apache Anda sebagai basecamp, lalu Anda lakukanlah lain di sekitar seperti hiking menuju Curug Nangka, Curug Cigamea, atau Air Panas Ciparey, bisa juga berjalan-jalan ke sekeliling The Highland Resort Park melihat kebun dan kuda-kuda yang dipelihara di sana.

Monday, September 4, 2017

Kepulauan Anambas yang Bikin Gemas

Bagaimana tidak gemas, Kepulauan Anambas yang merupakan kabupaten termuda di Kepulauan Riau ini memiliki pesona alam yang luar biasa menggiurkan. Mulai dari lautnya, daratan, dan gunungnya, semua memanjakan mata para traveler yang datang ke sana.

Kepulauan Anambas, terletak di laut Tiongkok Selatan antara Malaysia Timur dan Barat dan Kalimantan. Kumpulan pulau ini merupakan bagian dari Provinsi Kepulauan Riau. Terkadang juga masuk kedalam kepulauan yang lebih besar yaitu Kepulauan Natuna.

[caption id="attachment_2456" align="aligncenter" width="1440"] Keindahan Kepulauan Anambas yang bikin gemas ini juga nampak dari kejernihan air lautnya. (foto: www.potensilokal.com)[/caption]

98,73% Kabupaten Anambas merupakan wilayah lautan. Pulaunya mencapai 255 buah, dan dari semuanya itu hanya 26 pulau saja yang berpenghuni. Oleh karenanya, kabupaten ini dijuluki ‘Negeri Bahari’.

Di Kepulauan Anambas terdapat berbagai pulau, salah satunya Pulau Bawah yang ternyata pernah mendapat anugerah dari CNN.com sebagai ‘The Most Excotic Island’. Keeksotisan pulau ini mebuatnya menduduki peringkat pertama dalam ajang internasional pulau tropis yang diselenggarakan oleh CNN.com.

Menurut secondlemonade.blogspot.co.id,  gugusan Pulau bawah ini terdiri dari lima pulau yaitu, Bawah, Sanggah, Murbah, Lidi dan Elang. Gugusan pulau tersebut saling tersambung membentuk formasi bulat memanjang. Hamparan pasir yang putih serta air laut yang jernih membuat Pulau ini memang diakui akan kecantikannya.

[caption id="attachment_2457" align="aligncenter" width="1280"] Tak heran bila Kepulauan Anambas gaungnya sampai ke kancah internasional. (foto: i.ytimg.com)[/caption]

Jika dilihat dari permukaan air, pemandangan di dasar laut sangat mudah terlihat oleh kasat mata. Bisa dibilang lautnya seperti transparan. Tak khayal jika para pelancong asing juga sudah menikmati keindahan pulau ini, bahkan pelancong asing tersebut sengaja berkunjung dengan kapal pesiar mininya. Jika ingin berwisata ke pulau ini, disarankan pada bulan Maret hingga Juli karena ombak akan besar selain bulan-bulan tersebut. Untuk mencapai pulau ini bisa ditempuh dengan speed boat dari Tarempa selama 3 jam.

Di Kepulauan Anambas, ternyat tak hanya wisata baharinya saja yang menonjol, pariwisata pegunungan dengan kawasan puncak nan dingin juga tersedia di daerah ini. Terutama di wilayah pegunungan Samak di Pulau Siantan dan gugusan pegunungan di Jemaja Timur. Hal ini diterangkan dalam potensilokal.com, saat ini jalan-jalan sudah dibuka untuk mencapai wilayah tersebut.

Mari Sarapan Dengan Makanan Khas di 7 Daerah Indonesia

Sudahkah Anda sarapan pagi? Berikut ini sarapan pagi khas 7  daerah Indonesia yang pastinya sangat beragam keunikannya. Mari, traveler...

  1. Mie Jalak Khas Sabang


Jika ke kota Sabang, jangan lupa sarapan Mie Jalak. Dinamakan Mie Jalak karena peraciknya bernama Pak Jalak. Berada di Jl. Perdagangan, sarapan ini banyak dicoba oleh masyarakat setempat. Mie Jalak disajikan dengan tauge, telur rebus setengah matang, dengan topping racikan ikan mirip daging  yang dipotong lembut. Kuah yang dipakai menggunakan kaldu ikan sehingga terasa segar.

[caption id="attachment_2440" align="aligncenter" width="1536"] Mie Jalak khas Daerah Sabang. (foto: kulinermendikddb.ucontesa.info)[/caption]

 

  1. Sate Antasari Khas Pontianak


Sate Antasari menjadi salah satu menu sarapan pagi masyarakat kota Pontianak. Sate sapi yang dibakar dengan bumbu yang meresap sampai ke dalam. Hampir sama seperti di Jawa, disajikan dnegan bumbu kacang, namun diberi kuah kaldu bening lemak sapi yang beraroma rempah cengkeh dan kayu manis. Diberi taburang daun bawang dan seledri namun tanpa bawang goreng. Potongan timun menjadi pelengkap sate Antasari yang memang berada di Jalan Antasari no.66, Pontianak. Sate Antasari ini termasuk sudah melegenda sejak tahun 60’an.

[caption id="attachment_2441" align="aligncenter" width="600"] Sate Antasari, Pontianak. Sarapan dengan menu sate, kenapa tidak? (foto: tukangjalan-jalan.com)[/caption]

 

  1. Tinutuan Khas Manado


Tinutuan dan sering disebut Bubur Manado merupakan sarapan khas masyarakat Manado. Tinutuan merupakan campuran berbagai macam sayuran, kadang tidak mengandung daging, sehingga makanan ini bisa menjadi makanan pergaulan antarkelompok masyarakat di Manado. Di dalamnya, selain bubur dari beras terdapat labu kuning, berbagai sayur seperti kangkung, bayam, daun singkong, daun gedi, jagung rebus, tidak lupa daun kemangi. Kaldunya bisa berasal dari kuah ceker atau sesuai selera. Terkadang masih ditambah ikan asin atau pelengkap hidangan lain. Tinutuan Wakeke di Jalan Wakeke cukup populer di Manado. Berlokasi di Kawasan Wisata Kuliner Wakeke, Tinutuan ditaburi ikan roa yang telah dihaluskan.

[caption id="attachment_2442" align="aligncenter" width="1600"] Bubur Manado atau tinutuan yang legendaris. (foto: rumah anak rantau)[/caption]

 

  1. Nasi Jagung Khas Madura


Masyarakat Madura mengenal nasek ampog atau nasi jagung yang biasa disajikan saat pagi hari sebagai sarapan. Makanan ierbuat dari campuran nasi putih dan tumbukan kasar biji jagung. Kedua bahan dimasak bersama. Penyajiannya, nasi jagung dialasi daun pisang dan disajikan dengan pelengkapnya seperti urap, atau sayuran campuran lain, ikan asin, kerupuk, peyek teri, pepes,dan lain sebagainya. Madura memiliki menu pelengkap variatif untuk menemani nasi jagung, dan masing-masing berbeda. Nasi Jagung Madura di Pasar Wonokromo cukup populer dan memiliki banyak pelanggan yang mencari sarapan pagi sehat tersebut.

[caption id="attachment_2443" align="aligncenter" width="1024"] Di Madura dapat dengan mudah ditemukan nasi jagung sebagai menu sarapan. (foto: img.ulinulin.com)[/caption]

 

  1. Papeda Khas Maluku


Papeda terbuat dari sagu. Bubur sagu ini biasa disajikan dengan ikan kuah kuning atau sop ikan yang ditambahkan kunyit sehingga berwarna kekuningan. Rasanya sedikit asam bila diberi belimbing wuluh atau lemon china. Enak dihidangkan selagi hangat. Papeda biasa dihidangkan di acara-acara resmi yang meunjukkan jati diri Orang Ambon. Cara menyantapnya cukup unik, tidak pakai sendok melainkan langsung diseruput. Waw Cafe Teluhu salah satu tempat populer yang menyediakan menu papeda.

[caption id="attachment_2444" align="aligncenter" width="1701"] Papeda meerupakan makanan khas Maluku, namun Papua memiliki makanan khas yang sama juga. (foto: klikhotel.com)[/caption]

 

  1. Sepat Khas Sumbawa


Sepat ini bukan nama jenis ikan tapi sup/sayur yang disajikan bersama ikan. Ikan celup kuah sepat adalah ikan bakar yang disajikan dnegan nasi putih, sambal tomat, dan irisan mentimun. Kuah yang disajikan terdiri dari daun aru,  mangga muda, tomat, belimbing wuluh, dan asam Sumbawa. Ikan yang disajikan adalah ikan patin bakar, baronang, atau kakap berukuran sedang. Adapun cara memakan sepat yaitu dengan mencelupkan potongan ikan patin bakar ke dalam sepat, lalu dapat diberi sambal dengan nasi.

[caption id="attachment_2445" align="aligncenter" width="1600"] Ikan yang disobek-sobek ke dalam bumbu sepat yang segar membuat menu sarapan Sumbawa ini disebut 'sepat'. (foto: exposeSumbawa)[/caption]

 

  1. Sate Ulat Sagu Khas Papua


Ulat sagu merupakan salah satu makanan favorit di Papua. Terdapat begitu banyak kandungan gizi di dalam ulat sagu. Diambil dari pohon sagu yang sudah tua, sudah ditebang dan diambil sagunya, yang batangnya dibirkan begitu saja beberapa hari hingga membusuk dan memunculkan ulat-ulat sagu tersebut. Sate Uulat sagu ini lebih tepatnya merupakan makanan khas Raja Ampat.

[caption id="attachment_2446" align="alignnone" width="1200"] Sate ulat sagu yang bergizi tinggi dan diambil dari batang sagu yang telah membusuk ini juga kerap dijadikan sarapan masyarakat setempat. (foto: Super Adventure)[/caption]

Nah, traveler, pernahkah  Anda mencicipi menu sarapan dengan makanan khas di salah satu dari 7 daerah di Indonesia ini?

 

 

Sunday, September 3, 2017

Desa Wisata Pujon Kidul yang Mencuri Perhatian

Baru saja diresmikan, Desa Wisata di Malang, yaitu Desa Wisata Pujon Kidul. Letaknya memang di Desa Pujon Kidul. Hamparan persawahan yang begitu hijau, juga landscape pegunungan yang elok melengkapi keindahan desa wisata ini.

Menurut Balipost.com, Desa Wisata Pujon Kidul ini terus melakukan perubahan.  Semisal, jumlah canopy di cafe sawah, yang tersebar di areal persawahan semi organic mulai bertambah. Demikian pula mini gazebo, serta tempat kandang kuda yang pembanunannya hampir selesai. Tak heran bila kunjungan wisatawan kini mencapai angka rata-rata 3000 tiap hari Sabtu dan Minggu dan 500 pengunjung pada hari kerja.

Perubahan fantastis ini juga berkat kerja sama desa dengan salah satu bank plat merah. Yakni mengucurkan dana berupa kredit usaha rakyat (KUR) kepada warga yang memiliki usaha menunjang keberadaan desa wisata Pujon Kidul.

Sebagai desa wisata yang memiliki kawasan rumah kampung lestari, Pujon Kidul memang tidak hanya mengedepankan wisata alam seperti kafe sawah. Tapi juga ditunjang dusunnya memiliki sejumlah aktivitas warganya yang produktif. Ada dusun yang konsentrasi khusus susu sapi. Sehingga dusun ini disebut kampung susu.

Ada pula dusun yang warganya konsentrasi pada budi daya tanaman toga. Sehingga disebut kampung Toga. Ada pula kampung markisa, apel dan jambu merah. “Kalau untuk jambu merah sudah bisa dipetik untuk wisata petik buah,” kata Udi Hartoko, Kepala Desa Pujon Kidul, Kecamatan Pujon.

Tingginya animo masyarakat Desa Pujon Kidul, menjadikan kawasan desanya benar-benar desa wisata yang produktif dan ada diversifikasi usaha ini, tak lepas dari sinergi Desa Pujon Kidul dengan Perusahaan Perdagangan Indonesia (PPI), salah satu BUMN yang melakukan distribusi hasil pertanian milik warga Desa Pujon Kidul. Menurut Udi, kehadiran PPI itu sangat disambut begitu antusias warganya. Karena warga nantinya tak terlalu repot memasarkan produksi pertaniannya.

Menurut www.spotbaru.com, ke tempat ini pastikan anda  membawa kamera kesayangan. Di sana banyak hal menarik yang dapat dilakukan di Desa Wisata Pujon Kidul. Bukan hanya hal menarik, tapi juga bermanfaat. Diantaranya, seperti: camping, outbbound, petik sayur, beternak dan pembuatan biogas. Tetapi, kegiatan outbound lah yang paling sering diburu para wisatawan. Karenaa pemandangan yang luar biasa dan instagramable, akan membuat Anda tersihir untuk segera foto-foto. Jadi, jangan sampai deh baterai ponsel atau kamera lowbatt apalagi sampai tertinggal.

 

 

Pantai Lampu Satu, Mereka Perjalanan ke Pantai Merauke

Pantai Lampu Satu terletak di kawasan Kampung Buti, Merauke. Nama yang unik ini terinspirasi dari adanya sebuah mercusuar di sisi pantai ini yang memiliki sebuah lampu sebagai alat penerangnya. Pantai ini dapat menjadi pilihan untuk menikmati senja di Merauke.

Pantai Lampu Satu, dalam kompas.com, memiliki bentangan pantai yang landai dengan garis pantainya yang relatif panjang dan dipagari pepohonan kelapa. Pasir di Pantai Lampu Satu boleh jadi tak seputih mutiara dan fasilitas bagi wisatawan masih tergolong minim. Namun demikian, hal itu tak lantas mengurangi daya tarik pantai ini.

[caption id="attachment_2431" align="aligncenter" width="1024"] Keindahan alami Pantai Lampau Satu Merauke yang eksotis. (foto: c2.staticflickr.com)[/caption]

Pantai Lampu Satu yang berada di Laut Arafura ini cukup landai dengan ombak-ombak kecil sehingga aman untuk bermain anak-anak. Pasir pantai di sini yang bercampur lumpur membuat airnya terkesan cokelat keruh. Anda tidak dapat menemui bebatuan karang di sini, namun itu salah satu yang menjadi daya tarik wisatawan lokal maupun mancanegara yang datang ke Pantai Lampu Satu ini.

Biasanya, sore hari merupakan waktu yang banyak dipilih warga dan kaum muda di Merauke untuk berkunjung dan menikmati suasana ke Pantai Lampu Satu. Menikmati keindahan sunset adalah suatu pengalaman yang paling ditunggu. Proses terbenamnya matahari hingga menghilang di balik cakrawala dapat diikuti dengan sangat jelas.

Hamparan pasir laut yang terlihat jelas saat surut tiba, menggoda pengunjung untuk mendatangi air pantai yang jauh sekali, diperlukan waktu yang cukup lama untuk berjalan kaki menuju ke tepian air pantai. Para traveler yang datang ada baiknya membawa sendiri peralatan wisata seperti alas karpet/tikar, payung ataupun terpal untuk menghindari terik mentari yang panas.

[caption id="attachment_2432" align="aligncenter" width="1024"] Perahu nelayan di Pantai Lampu Satu, saksi keindahan dan ketangguhan yang berpadu. (foto: kotamerauke.net)[/caption]

Perahu-perahu nelayan yang berjajar di tepi pantai, aktivitas para nelayan sebelum melaut menjadi pemandangan lain yang bisa disaksikan di pantai yang masih alami ini. Dalam kotamerauke.net, bila saat surut tiba, air pantai menjadi sangat jauh sekali dari bibir pantai, bisa mencapai beberapa kilometer, kapal-kapal nelayan dan nelayan-nelayan yang mencari ikan tampak terlihat seperti semut dari kejauhan.

Pantai Lampu Satu membuat traveler ingin mereka perjalanan ke pantai Merauke ini. Terlihat pula nelayan-nelayan yang sedang beraktifitas memperbaiki, menyiapkan jaring dan membangun kapal dan menanti fajar untuk melaut, mengarungi samudera mencari ikan, pemandangan yang begitu mengaduk batin.

Festival Pesona Danau Limboto, Pelestarian Budaya Ala Gorontalo

Kabupaten Gorontalo akan menjadi tempat terselenggaranya Festival Pesona Danau Limboto. Tepatnya akan digelar di kawasan Pentadio Resort, tepian Danau Limboto, pada 21-23 September 2017 mendatang.

Deputi Bidang Pengembangan Pemasaran Pariwisata Nusantara Kementerian Pariwisata (Kemenpar) Esthy Reko Astuti dalam keterangan tertulis mengatakan sebuah festival di tepian Danau Limboto sangat potensial untuk menjadi atraksi wisata yang menarik bagi wisatawan untuk berkunjung.

Katanya melaui Antara, “Terlebih festival ini akan diramaikan berbagai kegiatan, seperti pemilihan Nou dan Uti, Alanggaya atau layang-layang tradisional, lomba perahu tradisional Danau Limboto, Gorontalo Gemilang Expo, burung berkicau, Adventure Motor Trail, fotografi, balap merpati, dan pesta kuliner tradisi."

Ditambahkan pula oleh Esthy, festival itu akan dimulai dengan pawai budaya yang menampilkan busana adat dan seni tradisi berbagai suku di Indonesia yang ada di Kabupaten Gorontalo, seperti Reog Ponorogo, busana adat Sangihe-Talaud, Bolaang Mongondow, Jawa Tondano, Bali, dan lainnya.

"Nanti juga ada seni tradisi Gorontalo yang dipersembahkan secara rinci dan detail dengan menampilkan prosesi pernikahan, dikili, dayango, mopilihu lo limu atau mandi lemon yang melibatkan Lembaga Adat Kabupaten Gorontalo bersama masyarakat. Kami mengharapkan festival ini dapat mengangkat keindahan budaya dan alam Gorontalo. Kegiatan ini dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat," kata Esthy.

Sementara itu Kepala Bidang Destinasi Pariwisata dari Dinas Pariwisata Provinsi Gorontalo, Ketty Bin Umar menyatakan bahwa Festival Pesona Danau Limboto akan disemarakkan pula dengan Konferensi Danau Nusantara. Sejumlah kepala daerah yang wilayahnya memiliki danau diundang dalam acara ini untuk mempresentasikan pengelolaan danau di daerah masing-masing. Sejumlah atraksi budaya dan kuliner akan menyemarakkan kegiatan ini.

Festival Pesona Danau Limboto ini mengambil tema penyelamatan ekosistem danau berbasis transdisipliner. Ada lebih dari 30 spesies burung migran telah dicatat para pengamat burung di Gorontalo mengunjungi danau ini setiap tahunnya.

[caption id="attachment_2426" align="aligncenter" width="960"] Burung migran, salah satu jenis yang kerap mampir di Danau Limboto setiap tahunnya. (foto: Nikos Foskas)[/caption]

Maka, salah satu sajian yang menjadi andalan dalam kegiatan ini adalah kedatangan burung migran di danau ini. Pada setiap September, diperkirakan burung yang datang dari belahan bumi utara ini akan mendatangi kawasan danau dan menjadi atraksi wisata yang menarik.

"Burung ini secara berkelompok mencari makan dan beristirahat sebelum meneruskan perjalanan panjangnya ke arah selatan hingga Australia. Lebih dari 30 spesies burung migran telah dicatat para pengamat burung di Gorontalo mengunjungi danau ini setiap tahunnya. Kehadiran burung-burung ini menarik minat wisatawan asing juga," kata Ketty.

Danau Limboto berada tidak jauh dari obyek wisata Pentadio Resort Kabupaten Gorontalo yang dekat dengan lautan sehingga wisatawan bisa menikmati indahnya matahari terbit, bisa juga memancing ikan di Danau Limboto sembari menatap matahari tenggelam dari danau atau pantai.

Menteri Pariwisata Arief Yahya memuji langkah pemerintah Gorontalo yang telah berupaya keras dalam mengembangkan aksesibilitas, atraksi, dan amenitas produk wisata di daerah mereka. Menpar juga mengungkapkan akan mendukung acara tahunan ini.

"Kemenpar akan mendukung acara ini. Untuk Festival Danau Limboto kami salut pada Pemerintah Kabupaten Gorontalo yang menargetkan mampu mendatangkan 1.859 wisman dan 35.000 wisnus," ujar Menpar Arief Yahya.

Gorontalo menonjolkan tiga daya tarik utama yakni budaya, alam, dan buatan yang diharapkan menjadi potensi besar sebagai strategi pemasaran untuk mendatangkan kunjungan.

 

Sumber: Antara

Wana Wisata Angker nan Eksotis Alas Purwo Banyuwangi

Wana wisata merupakan jenis wisata menjelajah hutan yang memang termasuk menarik. Apalagi, biasanya jenis wisata ini, banyak terdapat di Indonesia dengan kawasan hutan lindungnya yang masih terbilang cukup banyak. Salah satu yang terbilang epik, adalah wana wisata kawasan hutan lindung Alas Purwo yang terletak di seputar Kecamatan Purwoharjo dan Kecamatan Tegaldlimo, kabupaten Banyuwangi, Jawa Timur.

Kawasan hutan lindung ini terbilang lumayan luas, yaitu sekitar 434 km. Dalam laman wowasiknya.com dinyatakan bahwa kawasan hutan lindung ini menyimpan lebih dari 500an jenis tumbuhan dan ratusan jenis hewan liar yang hidup secara bebas. Kawasan hutan lindung Alas Purwo Banyuwangi ini dikenal sebagai hutan yang legendaris karena angkernya. Konon katanya, Alas Purwo Banyuwangi merupakan kawasan yang menyimpan banyak misteri berhubungan dengan dunia gaib, dari pintu dunia kaum hunian, pusat kerajaan jin dan tempat semedi serta bertapa.

[caption id="attachment_2421" align="aligncenter" width="1600"] Pintu gerbang masuk Alas Purwo. (foto: Asli Indonesia)[/caption]

Namun, jika Anda mengunjunginya, pesona kawasan hutan lindung Alas Purwo Banyuwangi bukan  semata-mata angker, tetapi sebenarnya menghadirkan keragaman hayati yang begitu menawan. Memang, dengan kawasan yang begitu rindang dan asri dengan berbagai tanaman keras yang menjulang membuat suasana begitu angker namun elok.

Siwi Rahayu dalam pegipegi.com, mengungkapkan eksotisme hayati yang begitu indah di kawasan hutan lindung Alas Purwo Banyuwangi. Dengan luas area sekitar 43.420 hektar, Alas Purwo menghadirkan pesona hewan liar yang hidup bebas, dari banteng jawa, rusa, kijang, harimau jawa, babi hutan, kucing hutan, kera abu-abu, biawak, macan tutul, lutung, ayam hutan, merak, dan masih banyak lagi.

[caption id="attachment_2422" align="aligncenter" width="1600"] Panorama keindahan Alas Purwo. (foro:banyuwangi bagus)[/caption]

Sedangkan keanekagaraman floranya pun begitu elok, dari 584 jenis pepohonan, liana, semak, herba, dan rumput. Anda pun disuguhi eksotisme padang penggembalaan, hutan alam, mangrove, hutan pantai dan kawasan ribuan bambu. Maka, sempatkanlah jika Anda mengunjungi Banyuwangi untuk mampir di Wana Wisata Alas Purwo Banyuwangi.

Tidak perlu Anda kuatirkan mengenai kabar burung angkernya dan gaibnya hutan seperti di  dalam cerita-cerita peri, namun songsonglah keanegaragaman hayati hutan tropis yang memang terbilang tua di Indonesia ini.

Kwatisore, Desa Hujan nan Syahdu

Eksotisme bumi Papua, secara khusus di kawasan Taman Nasional Teluk Cendrawasih, Nabire, Papua semakin indah jika Anda mampir di sebuah desa unik nan elok di kawasan ini. Desa itu dinamai Kwatisore. Nama desa itu diambil dari singkatan "Kwatir Sore". Dalam laman travel.detik.com dan brilio.net, “Kwatir Sore” merupakan ungkapan dari penduduk desa yang selama ini senatiasa kuatir jika sore hari menjelang.

Setiap sore, anehnya di seputar desa ini, hujan senantiasa mendera. Maka, penduduk desa sudah puluhan tahun membiasakan diri tidak berpergian pada sore hari karena hujan selalu turun. Masyarakat desa selama bertahun-tahun telah terbiasa hidup dengan curah hujan yang sedemikian, sehingga jika ingin berpergian, mereka akan menghindari berpergian di sore hari.

Desa Kwatisore dikenal masih segar karena tidak banyak kendaraan bermotor memasuki desa ini. Walaupun bukan tipe desa terisolir, namun desa ini tetap mempertahankan nilai tradisionalnya. Sebagian besar bahan penutup rumah di desa ini terbuat dari kayu. Tanaman anggrek pun banyak ditanam di pekarangan rumah. Apalagi anggrek yang ditanam merupakan anggrek hutan yang memang sudah biasa tumbuh di hutan belantara tanah Papua. Selain itu, ada beberapa warganya yang suka memelihara hewan yang terbilang liar, seperti rusa dan buaya muara.

[caption id="attachment_2417" align="aligncenter" width="4096"] Penduduk Desa Kwatisore bersahabat dengan hiu paus. (foto: nomad expedition)[/caption]

Letak desa Kwatisore yang berada di kawasan Taman Nasional Teluk Cendrawasih, membuat penduduk desanya sebagian besar bermata pencarian sebagai nelayan. Dalam laman goodnewsfromindonesia.id, dikatakan, bahkan warga desa Kwatisore bersahabat dengan hiu paus (whale shark). Hal itu, disebabkan populasi hiu paus di Teluk Cendrawasih cukup besar, bahkan terbilang terbesar di Indonesia. Oleh karena itu, tidak mengherankan bahwa terdapat banyak sekali hiu paus di taman nasional ini.  Masyarakat Kwatisore pun sampai memiliki panggilan khusus kepada para hiu paus ini, yaitu ikan hantu atau dalam bahasa setempat disebut hiniotanibre.

Ikan hiu paus kadang muncul dengan tiba-tiba mendekati kole–kole, sejenis perahu panjang yang digunakan melaut warga desa. Mereka saling menyapa dan begitu akrab. Rasanya, melihat desa Kwatisore selayaknya melihat surga, dimana mereka terbebas dari pencemaran bahkan hiruk pikuk kota yang bising dan keras.

 

Saturday, September 2, 2017

Menuju Tugu Nol Kilometer Sabang, Titik Paling Barat Indonesia

Sejak kecil kita terbiasa mendengar lagu Dari Sabang Sampai Merauke yang berjajar pulau-pulaunya itu, bukan? Nah, di titik paling barat Indonesia, Sabang, punya Tugu 0 Km. Menurut travel.detik.com, Sabang berada di Pulau Weh sebagai pulau utama. Selain itu ada Pulau Klah, Seulako, Rubiah dan Rondo. Kecantikan Sabang sudah tidak diragukan lagi, Pulau Weh dan Pulau Rubiah jadi bukti otentiknya.

Dihimpun dari berbagai sumber, di Sabang, Tugu O Km menjadi destinasi yang sering diburu wisatawan. Tugu Nol Kilometer Indonesia merupakan tugu setinggi 43,6 meter dengan letak geografis yang berada pada Garis Lintang 05° 54' 21.42" LU dan Garis Bujur 95° 13' 00.50" BT. Penentuan posisi geografis ini diukur oleh pakar BPP Teknologi dengan menerapkan teknologi satelit Global Positioning System (GPS).

Menurut www.sabangmarinefestival.com, terdapat lima keunikan mengenai Tugu Nol Kilometer ini. Penanda geografis yang unik, Tugu Nol Kilometer yang menjadi simbol pemersatu Nusantara dari Sabang di Aceh sampai Merauke di Papua ini merupakan sebuah bangunan setinggi 22,5 meter dengan bentuk lingkaran berjeruji. Di puncak Tugu yang bercat putih dan di bagian atas menyemit seperti mata bor ini, terdapat patung burung garuda yang sedang menggenggam angka nol bersama dengan prasasti marmer hitam yang menunjukkan posisi geografisnya.

[caption id="attachment_2411" align="aligncenter" width="1024"] Tugu Nol Kilometer, Sabang, indah dan unik. foto: static.panoramio.com)[/caption]

Selain itu tidak terpancang di garis terluar sisi Barat Indonesia, memiliki kembaran yaitu Tugu Kembaran Sabang Merauke yang terletak di Merauke, berbatasan dengan 6 negara tetangga sekaligus, dan tak kalah unik adalah Presiden Joko Widodo adalah Presiden pertama Indonesia yang pernah mencapai Titik Nol Kilometer  di Indonesia ini.

Wajib rasanya jika liburan ke Sabang, mampirlah ke Tugu 0 Kilometer ini. Jangan lupa untuk mencetak sertifikat sebagai kenang-kenangan bahwa Anda sudah pernah berkunjung ke Titik Nol Kilometer Indonesia. Memang, selain berfoto di depannya, Anda juga bisa mendapatkan sebuah sertifikat bernama Sertifikat Nol Kilometer Indonesia. Sertifikat ini akan jadi bukti traveler pernah berkunjung ke Indonesia paling barat. Anda tinggal membayar administrasi yang sangat terjangkau dan akan dicetak saat itu juga. Menarik bukan?

 

Festival Tenun Toraja, Penting Bagi Kelestarian Budaya Indonesia

Dalam rangka memeriahkan ulang tahun Tana Toraja ke-60, pemerintah kabupaten Tana Toraja mengadakan Festival Tenun Toraja. Festival yang baru diadakan pertama kali ini dimaksudkan untuk melestarikan budaya Tenun Toraja yang mulai dilupakan oleh penerusnya.

Maka, menurut wwwcnnindonesia.com, Festival Tenun Toraja ini selain menampilkan berbagai jenis kain, kegiatan ini juga menggelar workshop kepada anak-anak dan fashion show. Sebanyak 23 perajin dari 4 kecamatan turut memeriahkanfestival ini.

Kain tenun telah menjadi bagian dari kehidupan sehari-hari masyarakat Tana Toraja. Kain Tenun Toraja memiliki ciri khas motif garis-garis vertikal dan warna gelap.

Menurut  Arsyad Parende dalam www.karebatoraja.com, terdapat dua penenun cilik yang turut memeriahkan acara ini. Masing-masing bernama  Gesia yang berusia 7 tahun duduk di bangku SD kelas 3, dan Fatir yang berusia 6 tahun dan beru duduk di bangku SD kelas 1. Mereka penenun binaan Kampung Tenun Saluallo Sangalla’ Utara.

[caption id="attachment_2406" align="aligncenter" width="770"] Dua penenun cilik di Festival Tenun Toraja 2017. (foto: www.karebatoraja.com)[/caption]

Jeni, pembina para penenun cilik ini menyatakan bahwa mengajari mereka menjadi mudah karena tumbuh dari keinginan diri sendiri. Mereka menyukai dunia tenun karena terinspirasi oleh kedua orang tua mereka sendiri yang memang dalam keseharian bekerja sebagai penenun.

Gesia dan Fatir memang lebih suka berkutat dengan dunia tenun sepulang sekolah daripada bermain seperti anak-anak seusianya. Mereka begitu mahir, nampak dari kelincahan memindahkan balida dan titian yang menjadi bagian dari aktivitas menenun.

Kemeriahan juga nampak pada ibu-ibu pejabat di Tana Toraja yang menggak-lenggok bagai peragawati pada lomba peragaan busana yang merupakan bagian dari Festival Tenun Toraja 2017 di Gedung Tammuan Mali, Makale. Desainer Indonesia, Rudy Chandra yang bertindak sebagai juri dalam Festivak Tenun Toraja kali inipun dibuat terkagum-kagum akan keindahan kain tenun khas Toraja yang diperagakan oleh Ibu-ibu pejabat tersebut.

Rudy Chandra bahkan berjanji akan membawa kain tenun Toraja ke Pekan Mode tahunan terbesar di Asia Tenggara yang lebih dikenal dengan Jakarta Fashion Week, 2018 mendatang. Dengan demikian, tenun Toraja yang merupakan warisan Budaya Toraja akan masuk kancah internasional.

Selain peragaan busana, Festival Tenun Toraja 2017 ini juga menghadirkan hampir semua pengrajin tenun dari seluruh wialyah Tana Toraja untuk unjuk kebolehan. Dari semua hal ini, bis adibayangkan betapa pentingnya Festival Tenun Toraja 2017 ini bagi lestarinya budaya Indonesia.

Kuliner Ekstrim, Sate Landak Gunung Mas Karanganyar Solo

Menuju wana wisata Tawangmangu, belum afdol jika belum mampir di Rumah Makan Gunung Mas, Plumbon Kecamatan Tawangmangu, Karanganyar, Jawa Tengah. Tepatnya, terletak di Jalan Raya Tawangmangu-Matesih Kilometer 2, di pinggir jalur alternatif dari Solo ke Tawangmangu via Matesih sebelum masuk ke Pasar Tawangmangu.

Rumah Makan ini terkenal ramai, karena menyediakan “makanan ekstrim” yaitu Sate Landak. Tentu, makanan dari daging binatang Landak ini jarang dijumpai karena memang terkesan “esktrim” untuk dikonsumsi. Apalagi, tidak banyak penyediaannya, karena terkenal sulit untuk ditangkap, kulit yang penuh duri dan kadang juga beracun. Dalam laman klikhotel.com, Rumah Makan Gunung Mas yang dimiliki oleh Sukatno ini, membuat semacam penangkaran Landak di sekitar kawasan rumah makannya. Maka, Sukatno tidak pernah kehabisan untuk menyediakan daging landak.

Saking terkenalnya, Rumah Makan Gunung Mas ini pernah menerima penghargaan Museum Rekor Indonesia (MURI) untuk kategori pelopor sate landak di Indonesia. Menariknya lagi, Rumah Makan Gunung Mas tidak membuka cabang di manapun. Santapan makanan yang tergolong “esktrim,” daging landak ini, tidak semua orang doyan memakannya. Padahal jika Anda menyantapnya, rasanya sedemikian enak, teksturnya pun seperti daging kambing. Apalagi dibakar dengan bumbung kecap yang pedas dan mengundang selera.

[caption id="attachment_2402" align="aligncenter" width="1408"] Tempat penangkaran landak Rumah Makan Gunung Mas. (foto: sobatpetualang.com)[/caption]

Memang harga per-porsinya terbilang di atas rata-rata kuliner daging pada umumnya. Harga sate landak ini, per-porsinya dibandrol seharga 40 ribu rupiah. Tentu, hal itu tidak menghalangi bagi mereka yang memang memburu kuliner ekstrim ini. Apalagi, rasanya memang enak dan membuat Anda akan ketagihan.

Konon kata orang, daging landak tidak banyak mengandung koresterol seperti daging kambing. Bahkan, dagingnya terasa empuk dan lembut seperti daging kelinci. Sulitnya mencari daging landak, membuat orang tidak terlalu masalah dengan harga yang dibandrol itu.

Anda pun tidak perlu kuatir, di Rumah Makan Gunung Mas juga disediakan makanan lain yang bagi Anda memang tidak bisa memakan daging landak. Maka, Anda dapat mencicipinya bersama keluarga, jika memang tidak doyan daging landak, bisa makan menu bebek atau ayam goreng. Namun, pastinya, tujuan Anda mampir ke Rumah Makan Gunung Mas untuk menikmati kuliner “ekstrim” sate landak, bukan?

Jika Anda, menginginkan kuliner ekstrim lainnya, di Rumah Makan Gunung Mas juga menyediakan santapan daging kalong dan tupai.

Uniknya Pulau Segajah di Bontang Kalimantan Timur

Kadang berwisata mainstream sudah membosankan, apalagi wisatanya umum dan mudah dijangkau. Di Indonesia, sebenarnya ada banyak wisata unik yang membutuhkan eksplorasi yang tidak biasa. Salah satu yang unik adalah wisata di Pulau Segajah, Bontang, Kalimantan Timur. Pulau ini terkenal unik, karena objek wisata alam ini menyajikan fenomena kemunculan pulau yang hanya beberapa jam saja. Layaknya Anda menonton film fantasyPirates of the Caribbean,” dimana ada pulau misteri yang hanya muncul beberapa saat.

Maka, karena Pulau Segajah hanya muncul pada siang hari, pihak otoritas pantai menetapkan jadwal kunjung mulai air laut surut sampai menjelang pasang. Sehingga Anda diperkenankan datang ketika siang sampai sore hari saja, karena Pulau Segajah hanya muncul saat air laut sedang surut saja.

Dalam laman ketahui.com, dikatakan bahwa muncul dan hilangnya pulau itu tidak lepas karena adanya pasang dan surut air laut. Maka, jika hari mulai sore, Anda harus segera meninggalkan pulau sebelum malam menjelang, sebab jika tetap tinggal, maka Anda pun akan ikut tenggelam bersama dengan pulau yang terendam air pasang.

[caption id="attachment_2398" align="aligncenter" width="3264"] Pulau Segajah, Bontang, Kalimantan Timur, dengan biota laur yang beraneka ragam. (foto: ksmtour.com)[/caption]

Pulau Segajah walaupun hanya pulau kecil seukuran “gajah,” namun jika Anda mengunjunginya, akan tampak hamparan panorama laut luas yang indah. Pulau ini dinamakan 'Segajah' karena bentuknya ketika 'muncul' di permukaan, memang seperti gajah. Nikmatilah berlarian dan santai di pulau yang seumuran jam saja ini dengan taburan pasir putih yang lembut. Tentu, siapkanlah topi atau payung untuk melindungi panas terik di tengah pulau kecil Segajah ini.

Sekali lagi, karena Pulau Segajah adalah pulau yang hanya muncul beberapa jam saja, maka tidak ada penginapan atau warung apapun. Untuk itu, perlu Anda persiapkan bekal agar Anda tidak kelaparan dan haus. Transportasi menuju Pulau Segajah bisa Anda tempuh dari Kota Bontang dengan dengan menyewa perahu. Lama perjalanannya, memakan hingga 20 menit.

Jika Anda ingin diving atau snorkeling usahakanlah membawa peralatan sendiri, karena di Pulau Segajah tidak disediakan. Pulau ini juga merupakan pulau buruan para fotografer yang hendak mengabadikan keunikan Pulau Segajah.

Friday, September 1, 2017

Lezatnya Jagung Bose Nusa Tenggara Timur

Adonan makanan jagung khas nusantara, tidak akan komplit tanpa mencicipi jagung bose dari daerah Nusa Tenggara Timur. Dalam laman merdeka.com, Jagung Bose bukan sekedar makanan jagung biasa. Jagung Bose mengandung berbagai macam karbohidrat yang tentu saja akan membuat Anda cepat kenyang. Selain jagung, tercampur sajian kacang-kacangan seperti kacang tanah dan kacang merah. Disamping kacang-kacangan, Jagung Bose juga menghidangkan santan kelapa yang menambah cita rasa gurihnya.

Seringkali, Jagung Bose di tempat asalnya Nusa Tenggara Timur, disajikan untuk acara besar. Namun Anda tidak perlu kuatir, Jagung Bose juga masih bisa dijumpai di sejumlah rumah warga atau rumah makan sederhana di kota-kota Flores. Maka, dikatakan bahwa Jagung Bose merupakan makanan pokok penduduk Flores sebagai pengganti nasi.

Dalam laman lifestyle.okezone.com, asal usul nama Jagung Bose berarti jagung yang sudah dilunakkan. Untuk membuatnya, harus melewati proses yang cukup panjang. Biasanya biji jagung harus ditumbuk terlebih dahulu dengan dicampur air. Setelah lembut dan keluar sedikit cairan berwarna putih, kemudian direbus. Begitu bagian putih jagung yang biasa dijadikan tepung keluar semua, lalu diayak untuk dipisahkan dari kulitnya.

[caption id="attachment_2392" align="aligncenter" width="1024"] Proses pembuatan jagung bose. (foto: lakoat.kujawas.bloger)[/caption]

Jagung Bose secara sepintas mirip dengan kolak kacang hijau, namun karena berbagai campuran kacang tanah dan kacang merah, menjadikan Jagung Bose lebih mendekati sup kacang merah yang kental. Disamping itu, karena lunak, Jagung Bose sering dikatakan dalam bahasa Baranusa sebagai "wata kolu." Sensasi manis dan asin santan, membuat rasa Jagung Bose memberikan aroma yang mengenyangkan.

Maka, jika Anda mengunjungi tanah Flores, kadang Anda akan jumpai, Jagung Bose dihadirkan dengan sayuran-sayuran pendukung, bahkan masakan ikan. Nah, hal itu yang membuat Anda jika belum terbiasa makan besar dengan jagung akan kesulitan. Apalagi, Jagung Bose dihadirkan seperti sup atau bubur untuk menggantikan nasi. Kadang lidah yang belum biasa makan jagung lunak dengan kuah manis diiringi lauk ikan atau sayur pastilah butuh penyesuian. Namun, rasakanlah sehatnya Jagung Bose, karena karbohidrat yang kaya terkandung di dalamnya.

Sensasi Kampung Arab Al Munawar Palembang

Di Indonesia disamping dikenal adanya Pecinan, juga ada Kampung Arab. Kedua akulturasi budaya tersebut tidak terlepas dari proses Indonesiasi yang membuat adanya “melting pot” bagi para pendatang. Di setiap sudut kota besar di Indonesia selalu ada Kampung Arab. Salah satu yang menarik, adalah Kampung Arab yang ada di Kota Palembang, tepatnya di Jalan KH Azhari Kelurahan 13 Ulu, Palembang yang juga dikenal dengan nama Kampung Al Munawar dan ada juga yang di sekitar sungai Musi.

Nefri Inge dalam laman regional.liputan6.com mengulas kemenarikan Kampung Arab di Palembang ini. Kampung Arab Al Munawar Palembang asalnya dari serombongan suku Al Munawar yang menjadi cikal bakal penduduk kampung tersebut. Terdapat 75 kepala keluarga mendiami yang semuanya merupakan keluarga besar dari daerah Yaman, Arab Saudi.

Menariknya, Kampung Arab Al Munawar ini telah menjadi destinasi wisata bagi Pemerintah Kota Palembang. Banyak kunjungan wisatawan yang ingin menyaksikan sudut-sudut kampung yang terbilang tua, dimana hampir sebagian besar penghuninya sebagai orang keturunan Arab, namun bentuk rumahnya adalah rumah limas, atau rumah panggung khas Palembang. Sudut dan lorong kampung yang masih terbilang asli, menyuguhkan suasana klasik, sehingga menarik untuk swafoto.

[caption id="attachment_2387" align="aligncenter" width="1600"] Sisi lain Kampung Arab Al Munawar Palembang. (foto: goresan tinta mahasiswa)[/caption]

Dalam laman palembang-tourism.com mengapa bentuk rumah mereka masih terbilag asli dengan rumah limas palembang. Hal tersebut dikarena, menurut mereka, mereka datang jauh-jauh ke Palembang hanya untuk menyebarkan Agama Islam. Mereka datang hanyalah membawa Kitab dan Nisan. Kitab artinya ajaran-ajaran Agama Islam yang harus di sebarkan, Nisan artinya tanda makam jika mereka meninggal di daerah rantauan. Maka, mereka tidak membangun rumah Arab di perantauan, melainkan tinggal saja seperti rumah yang sudah mereka tempati di rantau ini.

Menariknya jika diamati, rumah-rumah di Kampung Arab tersebut ada yang mengelilingi lapangan, namun ada rumah yang menghadap ke arah Sungai Musi. Biasanya rumah yang menghadap ke arah Sungai Musi, merupakan rumah orang Arab yang dipertuankan. Mereka dianggap mempunyai kedudukan khusus. Pembagian tersebut didasarkan oleh tingkat pengetahuan agama mereka. Biasanya pula, setiap rumah memiliki beberapa Kepala Keluarga. Hal tersebut dikarenakan mereka tinggal secara turun-temurun dari keluarga mereka sebelumnya.

Berwisata Religi ke Pulau Seribu Masjid, Islamic Center Kota Mataram

Pulau Lombok memang dikenal dengan Negeri Seribu Masjid.  Bagaimana tidak, pulau kecil seluas 5.435 km²   ini memiliki 4.500 masjid. Hal ini tak lepas dari tingginya semangat masyarakat Muslim di Lombok untuk membangun  masjid. Masyarakat dan pemerintah pun lantas berlomba-lomba membangun masjid paling indah dan megah. Maka, berdirilah Islamic Center dengan menara setinggi 99 meter sesuai dengan nama-nama Allah (Asma’ul Husna). Dan bangunan ini dibuka sebagai objek wisata religi Kota Mataram, Lombok, Nusa Tenggara Barat.

Menurut www.republika,co.id, Kota Mataram yang merupakan ibu kota Provinsi Nusa Tenggara Barat bermotokan "maju, religius dan berbudaya" memiliki penduduk yang heterogen dari berbagai macam suku, agama dan etnis, namun kehidupan warga di Kota Mataram memiliki toleransi yang tinggi sehingga mereka dapat hidup rukun dan aman. Hal itu terlihat dengan adanya tempat ibadah antarumat yang berdampingan satu dengan lainnya.

[caption id="attachment_2382" align="aligncenter" width="1920"] Islamic Center Kota Mataram dengan panorama Kota Mataram, Nusa Tenggara Barat. (foto: www.gomuslim.co.id)[/caption]

Rencana pembangunan Islamic Center Mataram terealisasi di tahun 2011 pada masa kepemimpinan gubernur M. Zainul Majdi, dan diresmikan pada 15 Desember 2013. Dana pembangunan bersumber dari APBD dan dana CSR PT. Newmont. Dibangun di atas lahan seluas 7,6 hektar di sudut jalan Langko dan Udayana yang merupakan jalur utama, dibangun begitu megah dengan memadukan karakteristik bangunan tradisional Lombok dan Sumbawa.

Menurut singgahkemasjid.blogspot.co.id, selain sebagai penanda Kota Mataram, Islamic Center Mataram ini berfungsi sebagai pusat kebudayaan, wisata religi, pasar seni, dan aktivitas religius lainnya. Dalam upaya mempromosikan wisata religi yang berpusat di Islamic Center ini, pemerintah setempat mensinergikan sumber daya setempat termasuk memberdayakan para perajin garmen dan kayu cukli yang merupakan produk kerajinan unggulan di Kota Mataram agar mereka membuat berbagai pernak-pernik bertemakan Islamic Center. Seperti gantungan kunci, pulpen, baju kaus bergambar Islamic Center, batik sasak samawa mbojo (sasambo) bermotif Islamic Center, serta aksesoris lainnya. Kini Masjid Islamic Center Mataram ini merupakan bangunan Masjid terbesar dan termegah di propinsi Nusa Tenggara Barat.

Adapun, dalam www.gomuslim.co.id, selain Islamic Center ini, menurut Komunitas Pulau 1000 Masjid, dari ribuan masjid yang ada di Pulau Lombok, maka masjid-masjid indah lainnya di pulau ini adalah Masjid Al Akbar, Masbagik, Lombok Timur, Masjid Kopang, Lombok Tengah, Masjid Agung Praya, Lombok Tengah, dan Masjid Jamiq, Selong, Lombok Timur.

 

 

Keindahan Masjid Cheng Hoo Surabaya

Proses perpaduan budaya memang menarik untuk menjadi sebuah kunjungan bagi wisata. Apalagi perpaduan itu, sangat terasa dari segi etnis dan agama yang menjadikannya menjadi unik dan menarik untuk dikunjungi. Salah satu yang indah dan unik adalah perpaduan antara Islam dan budaya Tiongkok dengan Masjid Cheng Ho atau juga dikenal dengan nama Masjid Muhammad Cheng Ho Surabaya. Masjid ini terletak di areal komplek gedung serba guna PITI (Pembina Imam Tauhid Islam) Jawa Timur.

Dalam laman ekspedisiwisata.blogspot.co.id dikatakan bahwa transportasi menuju ke lokasi Masjid Cheng Ho, dapat melalui Jalan Taman Kusuma Bangsa, tepatnya di seputar Jalan Gading Ketabang, Genteng, sebelah utara Gedung Balaikota Surabaya.

Masjid Cheng Ho ini dikenal sebagai masjid pertama di Indonesia yang menggunakan nama muslim Tionghoa. Dilihat dari bentuk bangunannya pun sangat menarik bagi kunjungan wisata, terutama nuansa etnik dan antik perpaduan antara bangunan masjid dengan klenteng.

[caption id="attachment_2377" align="aligncenter" width="1024"] Masjid Cheng Ho atau juga dikenal dengan nama Masjid Muhammad Cheng Ho Surabaya. (foro: Yugo Antono)[/caption]

Dalam laman travel.detik.com, dikatakan bahwa pengambilan nama Cheng Hoo sebagai rasa syukur dan penghormatan segenap muslim Surabaya dan Indonesia terhadap Laksamana Cheng Ho yang tidak hanya berdagang dan menjalin persahabatan, tapi juga menyebarkan agama Islam di Indonesia.

Bentuk bangunan Masjid Cheng Ho memang mempunyai keunikan tersendiri, dimana ada perpaduan gaya Tiongkok dan Arab yang diilhami keindahan Masjid Niu Jie di Beijing. Untuk itu, Masjid Cheng Ho pantas menjadi salah satu tempat kunjungan wisata ziarah. Perpaduan arsitekturnya tentu dapat mengingatkan akan indahnya keberagaman dan pesan perdamaian bagi siapa saja yang mengunjunginya.

Maka, jika Anda ke Surabaya, mampir dan berziarahlah ke Masjid Cheng Ho yang terkenal ini. Anda tentu akan disuguhi pelajaran berharga tentang keindahan perpaduan budaya. Perpaduan budaya yang memberikan kita kesadaran akan indahnya Kebhinnekaan.

Masjid jika Anda perhatikan memang dibangun dengan filosofi tanpa pintu sebagai simbol keterbukaan. Bangunan Masjid Cheng Ho seakan ingin mengatakan pesan kepada siapa pun, dari etnis, bangsa dan bahasa apapun, berhak menggunakan masjid ini untuk beribadah. Model Masjid Cheng Ho ini sekarang banyak muncul di berbagai Kota lain di Jawa Timur, yaitu Pasuruan dan Jember.

 

 

 

 

Merasakan Syahdunya Idul Adha dengan Kuliner Kuah Sie Kameng Aceh

Merayakan Idul Adha masih ada yang kurang tanpa kuliner daging kurban, yaitu daging kambing. Maka, saat Idul Adha, kuliner berbahan dasar daging kambing menjadi favorit bagi kalangan warga Indonesia ini. Ada berbagai macam olahan daging kambing yang diolah menjadi sate, tongseng atau gulai bahkan sup. Namun, salah satu yang terkenal dalam kuliner olahan daging kambing adalah Bu atau Kuah Sie Kameng dari Aceh.

Dalam laman loveaceh.com, Kuah Sie Kameng memang menjadi salah satu menu kuliner khas Aceh. Bila Anda menyempatkan bertandang di rumah makan yang ada di Aceh, sebagian besar akan menyajikan salah satu menunya dengan kuah Sie Kameng. Kuliner kuah Sie Kameng biasanya akan semakin lezat ketika disantap dengan nasi putih yang masih hangat.

[caption id="attachment_2373" align="aligncenter" width="1024"] Bila Anda menyempatkan bertandang di rumah makan yang ada di Aceh, sebagian besar akan menyajikan salah satu menunya dengan kuah Sie Kameng. (foto: loveaceh.com)[/caption]

Kuliner Kuah Sie Kameng merupakan jenis masakan “Kari” khas Aceh. Cita rasanya memang terbilang luar biasa, di mana kuahnya dipadu dengan rahasia lebih kurang 22 jenis bumbu. Bahkan masih ada sejumlah bumbu lainnya berupa kelapa gongseng, kelapa kukur, santan, kemiri, kunyit, pala, lawang keling lada, jahe, cabai, kayu manis, daun kari, pandan, dan sederet bumbu lain yang menghiasi aroma kelezatannya. Biasanya kuliner ini, disajikan dalam kuali besar yang mengundang cita rasa tersendiri.

Dalam cita rasa kuliner, Kuah Sie Kameng Aceh memang termasuk rumpun “Kari”. Masakan sejenis “Kari” memang sudah melengkapi kelezatan cita rasa nusantara. Dalam laman Wikipedia, Kari atau yang dikenal di Indonesia dengan “Kare” merupakan hidangan berkuah yang dimasak dengan rempah-rempah sehingga mempunyai cita rasa yang sedap dan pedas. Masakan Kari memang dikenal berasal Asia Selatan, terutama dari India yang meluas di sejumlah pelosok kawasan Asia Pasifik dan Eropa. Sehingga Aceh sebagai daerah yang mempunyai rumpun Melayu sudah tidak asing dengan meramu aneka masakan sejenis “Kari”ini.

Maka, Anda perlu mencoba bagaimana kelezatan “Kari” khas Aceh yang dikenal dengan Kuah Sie Kameng ini. Tentu, Anda harus mempersiapkan kesehatan Anda, karena masakan ini sarat dengan daging kambing dan berbagai bumbu yang akan meningkatkan koresterol Anda.

Masjid Agung Jawa Tengah, Paduan Budaya Gaya Arsitektur nan Megah

Masjid Agung Jawa Tengah, masjid megah yang berada di Kota Semarang. Masjid Agung Jawa Tengah ini, selain disiapkan sebagai tempat ibadah, juga dipersiapkan sebagai objek wisata religius. Menurut Wikipedia, Masjid Agung Jawa Tengah dirancang dalam gaya arsitektural campuran Jawa, Islam, dan Romawi.

Arsitek yang memenangkan sayembara desain adalah Ir. H. Ahmad Fanani dari PT. Atelier Enam Jakarta. Bangunan utama masjid beratap lima, khas bangunan Jawa namun dibagian ujungnya dilengkapi dengan kubah besar berdiameter 20 meter ditambah lagi dengan 4 menara masing masing setinggi 62 meter di tiap penjuru atapnya, sebagai bentuk bangunan masjid universal Islam lengkap dengan satu menara terpisah dari bangunan masjid setinggi 99 meter.

[caption id="attachment_2367" align="aligncenter" width="1920"] Nampak paduan Romawi, Arab, dan Jawa yang berpadu dalam kemegahan Masjid Agung Jawa Tengah. (foto: Barry Kusuma/youtube)[/caption]

Gaya Romawi terlihat dari bangunan 25 pilar di pelataran masjid. Pilar-pilar bergaya koloseum Athena di Romawi dihiasi kaligrafi yang indah, menyimbolkan 25 Nabi dan Rosul di gerbang ditulis dua kalimat syahadat. Pada bidang datar tertulis huruf Arab Melayu “Sucining Guno Gapuraning Gusti“.

Area serambi Masjid Agung Jawa Tengah dilengkapi 6 payung raksasa otomatis seperti yang ada di Masjid Nabawi. Masing- masing payung elektrik  berdiameter 14 meter dengan tinggi 20 meter. Payung elektrik dibuka setiap salat Jumat, Idul Fitri, dan Idul Adha dengan catatan kondisi angin tidak melebihi 200 knot.

Menara Al Husna atau Al Husna Tower yang tingginya 99 meter, merupakan daya tarik lain Masjid Agung jawa Tengah ini. Bagian dasar dari menara ini terdapat Studio Radio Dais (Dakwah Islam) dan pemancar TVKU. Sedangkan di lantai 2 dan lantai 3 digunakan sebagai Museum Kebudayaan Islam, dan di lantai 18 terdapat Kafe Muslim yang dapat berputar 360 derajat. Lantai 19 untuk menara pandang, dilengkapi 5 teropong yang bisa melihat kota Semarang.

[caption id="attachment_2368" align="aligncenter" width="874"] Menara Al Husna atau Al Husna Tower yang tingginya 99 meter, dalam lokasi Masjid Agung Jawa Tengah.[/caption]

Masjid Agung Jawa Tengah memiliki koleksi Al Quran raksasa berukuran 145 x 95 cm². Ditulis tangan oleh Drs. Khyatudin, dari Pondok Pesantren Al-Asyariyyah, Kalibeber, Mojotengah, Wonosobo. Lokasi berada di dalam ruang utama tempat salat.

Bedug raksasa berukuran panjang 310 cm, diameter 220 cm, merupakan replika bedug Pendowo Purworejo. Dibuat oleh para santri pondok pesantren Alfalah, Tinggarjaya, Jatilawang, Banyumas, asuhan KH Ahmad Sobri, menggunakan kulit lembu Australia. Sedang tongkat khatib Masjid Agung Jawa Tengah sendiri merupakan tongkat pemberian Sultan Hassanal Bolkiah dari Brunei Darusalam.