Showing posts with label Culinary Tour. Show all posts
Showing posts with label Culinary Tour. Show all posts

Tuesday, September 5, 2017

Kabut Salju Dessert, Kejutan Dunia Ice Cream

Kota Bandung memang terkenal sebagai kota “anak nongkrong” yang benar-benar cozy. Bagaimana tidak, ada ratusan tempat nongkrong yang menyajikan menu kuliner yang menarik, khususnya bagi orang muda. Dalam ulasan laman infobdg.com, salah satu yang menarik adalah kuliner dessert atau makanan pencuci mulut di seputar kawasan Jalan van de Venter, yaitu “Matcha soft dessert” yang terkenal dengan ice cream yang dipadu dengan topping dry ice dan cutton candy. Paduan dry ice itu membuat ice cream terasa mempunyai sensasi “salju” yang menggumpal layaknya “kabut” dan membuat menarik serta begitu eye catching.

Di tempat nongkrong Kabut Salju Dessert dan Coffee ini, Anda dapat mencicipi aroma ice cream yang menyegarkan, unik dan terasa “berkabut” serta “bersalju.” Tentunya, di tempat nongkrong Kabut Salju Dessert dan Coffee ini tidak hanya menyajikan sajian ice cream, namun kudapan-kudapan yang memberikan suasana nongkrong menjadi menarik. Apalagi, suasana tempat nongkrongnya dihiasi kaca dan dekorasi yang memberikan nuansa menjadi begitu nyaman.

[caption id="attachment_2469" align="aligncenter" width="852"] Inovasi menarik dunia ice cream ala Kabut Salju Dessert Bandung. (foto: pergikuliner.com)[/caption]

Nah, jika Anda mampir ke Kabut Salju Dessert dan Coffee ini, cobalah rasakan sensasi “Matcha soft dessert,” sebuah sajian ice cream yang dihiasi taburan bubuk matcha, lalu ada gula kapas biru mirip awan yang diberi campuran dry ice. Paduan itu akan membuat “Kabut Salju” yang unik dan menarik.

Kabut Salju Dessert dan Coffee ini memang terbilang bukan tempat yang besar, namun nyaman untuk nongkrong dan berbagi cerita. Nuansa cozy ala anak muda, membuat Kabut Salju Dessert dan Coffee ini memberikan kesan tersendiri. Maka, jika Anda mampir ke Bandung, sempatkanlah merasakan “Matcha soft dessert,” nya yang terkenal itu. Buktikanlah, apakah “Matcha soft dessert,” terlihat seperti kabut salju yang indah, karena inilah keunikannya.

Di samping uniknya itu, Anda juga dapat merasakan kenikmatan rasa “Matcha soft dessert,” yang enak dan tentu sedap. Dan, jangan lupa ya, Anda dapat berswafoto dengan kabut saljunya yang menarik dan unik ini. Jangan lupa juga, bawalah teman dekat Anda, karena tidak hanya sensasi kabut saljunya, tetapi juga romatisnya suasana.

Saturday, September 2, 2017

Kuliner Ekstrim, Sate Landak Gunung Mas Karanganyar Solo

Menuju wana wisata Tawangmangu, belum afdol jika belum mampir di Rumah Makan Gunung Mas, Plumbon Kecamatan Tawangmangu, Karanganyar, Jawa Tengah. Tepatnya, terletak di Jalan Raya Tawangmangu-Matesih Kilometer 2, di pinggir jalur alternatif dari Solo ke Tawangmangu via Matesih sebelum masuk ke Pasar Tawangmangu.

Rumah Makan ini terkenal ramai, karena menyediakan “makanan ekstrim” yaitu Sate Landak. Tentu, makanan dari daging binatang Landak ini jarang dijumpai karena memang terkesan “esktrim” untuk dikonsumsi. Apalagi, tidak banyak penyediaannya, karena terkenal sulit untuk ditangkap, kulit yang penuh duri dan kadang juga beracun. Dalam laman klikhotel.com, Rumah Makan Gunung Mas yang dimiliki oleh Sukatno ini, membuat semacam penangkaran Landak di sekitar kawasan rumah makannya. Maka, Sukatno tidak pernah kehabisan untuk menyediakan daging landak.

Saking terkenalnya, Rumah Makan Gunung Mas ini pernah menerima penghargaan Museum Rekor Indonesia (MURI) untuk kategori pelopor sate landak di Indonesia. Menariknya lagi, Rumah Makan Gunung Mas tidak membuka cabang di manapun. Santapan makanan yang tergolong “esktrim,” daging landak ini, tidak semua orang doyan memakannya. Padahal jika Anda menyantapnya, rasanya sedemikian enak, teksturnya pun seperti daging kambing. Apalagi dibakar dengan bumbung kecap yang pedas dan mengundang selera.

[caption id="attachment_2402" align="aligncenter" width="1408"] Tempat penangkaran landak Rumah Makan Gunung Mas. (foto: sobatpetualang.com)[/caption]

Memang harga per-porsinya terbilang di atas rata-rata kuliner daging pada umumnya. Harga sate landak ini, per-porsinya dibandrol seharga 40 ribu rupiah. Tentu, hal itu tidak menghalangi bagi mereka yang memang memburu kuliner ekstrim ini. Apalagi, rasanya memang enak dan membuat Anda akan ketagihan.

Konon kata orang, daging landak tidak banyak mengandung koresterol seperti daging kambing. Bahkan, dagingnya terasa empuk dan lembut seperti daging kelinci. Sulitnya mencari daging landak, membuat orang tidak terlalu masalah dengan harga yang dibandrol itu.

Anda pun tidak perlu kuatir, di Rumah Makan Gunung Mas juga disediakan makanan lain yang bagi Anda memang tidak bisa memakan daging landak. Maka, Anda dapat mencicipinya bersama keluarga, jika memang tidak doyan daging landak, bisa makan menu bebek atau ayam goreng. Namun, pastinya, tujuan Anda mampir ke Rumah Makan Gunung Mas untuk menikmati kuliner “ekstrim” sate landak, bukan?

Jika Anda, menginginkan kuliner ekstrim lainnya, di Rumah Makan Gunung Mas juga menyediakan santapan daging kalong dan tupai.

Friday, September 1, 2017

Lezatnya Jagung Bose Nusa Tenggara Timur

Adonan makanan jagung khas nusantara, tidak akan komplit tanpa mencicipi jagung bose dari daerah Nusa Tenggara Timur. Dalam laman merdeka.com, Jagung Bose bukan sekedar makanan jagung biasa. Jagung Bose mengandung berbagai macam karbohidrat yang tentu saja akan membuat Anda cepat kenyang. Selain jagung, tercampur sajian kacang-kacangan seperti kacang tanah dan kacang merah. Disamping kacang-kacangan, Jagung Bose juga menghidangkan santan kelapa yang menambah cita rasa gurihnya.

Seringkali, Jagung Bose di tempat asalnya Nusa Tenggara Timur, disajikan untuk acara besar. Namun Anda tidak perlu kuatir, Jagung Bose juga masih bisa dijumpai di sejumlah rumah warga atau rumah makan sederhana di kota-kota Flores. Maka, dikatakan bahwa Jagung Bose merupakan makanan pokok penduduk Flores sebagai pengganti nasi.

Dalam laman lifestyle.okezone.com, asal usul nama Jagung Bose berarti jagung yang sudah dilunakkan. Untuk membuatnya, harus melewati proses yang cukup panjang. Biasanya biji jagung harus ditumbuk terlebih dahulu dengan dicampur air. Setelah lembut dan keluar sedikit cairan berwarna putih, kemudian direbus. Begitu bagian putih jagung yang biasa dijadikan tepung keluar semua, lalu diayak untuk dipisahkan dari kulitnya.

[caption id="attachment_2392" align="aligncenter" width="1024"] Proses pembuatan jagung bose. (foto: lakoat.kujawas.bloger)[/caption]

Jagung Bose secara sepintas mirip dengan kolak kacang hijau, namun karena berbagai campuran kacang tanah dan kacang merah, menjadikan Jagung Bose lebih mendekati sup kacang merah yang kental. Disamping itu, karena lunak, Jagung Bose sering dikatakan dalam bahasa Baranusa sebagai "wata kolu." Sensasi manis dan asin santan, membuat rasa Jagung Bose memberikan aroma yang mengenyangkan.

Maka, jika Anda mengunjungi tanah Flores, kadang Anda akan jumpai, Jagung Bose dihadirkan dengan sayuran-sayuran pendukung, bahkan masakan ikan. Nah, hal itu yang membuat Anda jika belum terbiasa makan besar dengan jagung akan kesulitan. Apalagi, Jagung Bose dihadirkan seperti sup atau bubur untuk menggantikan nasi. Kadang lidah yang belum biasa makan jagung lunak dengan kuah manis diiringi lauk ikan atau sayur pastilah butuh penyesuian. Namun, rasakanlah sehatnya Jagung Bose, karena karbohidrat yang kaya terkandung di dalamnya.

Merasakan Syahdunya Idul Adha dengan Kuliner Kuah Sie Kameng Aceh

Merayakan Idul Adha masih ada yang kurang tanpa kuliner daging kurban, yaitu daging kambing. Maka, saat Idul Adha, kuliner berbahan dasar daging kambing menjadi favorit bagi kalangan warga Indonesia ini. Ada berbagai macam olahan daging kambing yang diolah menjadi sate, tongseng atau gulai bahkan sup. Namun, salah satu yang terkenal dalam kuliner olahan daging kambing adalah Bu atau Kuah Sie Kameng dari Aceh.

Dalam laman loveaceh.com, Kuah Sie Kameng memang menjadi salah satu menu kuliner khas Aceh. Bila Anda menyempatkan bertandang di rumah makan yang ada di Aceh, sebagian besar akan menyajikan salah satu menunya dengan kuah Sie Kameng. Kuliner kuah Sie Kameng biasanya akan semakin lezat ketika disantap dengan nasi putih yang masih hangat.

[caption id="attachment_2373" align="aligncenter" width="1024"] Bila Anda menyempatkan bertandang di rumah makan yang ada di Aceh, sebagian besar akan menyajikan salah satu menunya dengan kuah Sie Kameng. (foto: loveaceh.com)[/caption]

Kuliner Kuah Sie Kameng merupakan jenis masakan “Kari” khas Aceh. Cita rasanya memang terbilang luar biasa, di mana kuahnya dipadu dengan rahasia lebih kurang 22 jenis bumbu. Bahkan masih ada sejumlah bumbu lainnya berupa kelapa gongseng, kelapa kukur, santan, kemiri, kunyit, pala, lawang keling lada, jahe, cabai, kayu manis, daun kari, pandan, dan sederet bumbu lain yang menghiasi aroma kelezatannya. Biasanya kuliner ini, disajikan dalam kuali besar yang mengundang cita rasa tersendiri.

Dalam cita rasa kuliner, Kuah Sie Kameng Aceh memang termasuk rumpun “Kari”. Masakan sejenis “Kari” memang sudah melengkapi kelezatan cita rasa nusantara. Dalam laman Wikipedia, Kari atau yang dikenal di Indonesia dengan “Kare” merupakan hidangan berkuah yang dimasak dengan rempah-rempah sehingga mempunyai cita rasa yang sedap dan pedas. Masakan Kari memang dikenal berasal Asia Selatan, terutama dari India yang meluas di sejumlah pelosok kawasan Asia Pasifik dan Eropa. Sehingga Aceh sebagai daerah yang mempunyai rumpun Melayu sudah tidak asing dengan meramu aneka masakan sejenis “Kari”ini.

Maka, Anda perlu mencoba bagaimana kelezatan “Kari” khas Aceh yang dikenal dengan Kuah Sie Kameng ini. Tentu, Anda harus mempersiapkan kesehatan Anda, karena masakan ini sarat dengan daging kambing dan berbagai bumbu yang akan meningkatkan koresterol Anda.

Thursday, August 31, 2017

Mencicipi Sajian Khas Kue Pia Nias

Selain dodol durian, Nias juga mempunyai makanan khas Kue Pia berjenis kering. Kue Pia Nias memang terbilang berukuran besar dibandingkan dengan Kue Pia lainnya di berbagai daerah. Kue Pia memang tergolong sebagai makanan kuliner asimilasi etnis Tiongkok di Indonesia. Dalam laman buahatiku.com, Kue Pia yang dikenal juga dengan Bakpia itu berasal dari dialek Hokkian dengan nama asli Tou Luk Pia yang artinya kue atau roti yang berisikan daging. Di Indonesia, Kue Pia divariasi dengan sangat beragam berisi kacang hijau, coklat, nanas, duren dan berbagai macam jenis.

Kue Pia Nias memang mengundang selera. Ukurannya pun, memang terbilang besar dan berjenis kue pia kering, sehingga terasa crispy dan renyah gurihnya. Kue Pia yang paling terkenal di Nias adalah merk Tanda Setia. Unit usahanya ada di Gunung Sitoli, tepatnya di seputar kawasan jalan Patimura atau jalan Sirao. Biasanya Kue Pia itu berisi gula merah dan tausa. Rasanya memang terbilang manis, seperti umumnya kue pia lainnya.

[caption id="attachment_2342" align="aligncenter" width="4608"] Kue Pia yang paling terkenal di Nias adalah merk Tanda Setia. Unit usahnya ada di Gunung Sitoli, tepatnya di seputar kawasan jalan Patimura atau jalan Sirao. Perlu diperhatikan, tidak semua makanan di Nias berlabel halal. (foto: Purwono Nugroho Adhi)[/caption]

Namun jika Anda ingin merasakan Kue Pia khas Nias yang lain daripada yang lain, Anda dapat merasakannya dengan berkunjung ke Biara Santa Clara atau seputar pengrajin makanan di Gunung Sitoli. Tentu dijamin, Kue Pia yang disajikan sangat berbeda, karena lebih besar, lebih terasa gula merahnya dan memang mempergunakan ramuan minyak babi dan dimasak secara tradisional. Untuk ukuran makanan sejenis kue pia, Kue Pia Nias memang membuat Anda langsung kenyang.

Tentu untuk makan Kue Pia Nias yang tradisional, tidak dapat langsung ditemukan di kedai-kedai oleh-oleh, Anda harus berburu sendiri di luar mainstream biasanya. Kue Pia Nias yang umumnya dijual, memang berukuran lebih kecil dibandingkan yang tradisional. Dan karena untuk kalangan umum, biasanya aroma dan ramuan minyak babi tidak disertakan. Namun, walaupun lebih kecil dari kue pia yang tradisional Nias, ukurannya tetap saja besar daripada kue pia lainnya.

Wednesday, August 30, 2017

Rasakan Sensasi Masakan Pa’piong Toraja

Berwisata ke Tana Toraja tentu tidak hanya tersaji eksotisme alam dan budayanya, namun juga sensasi makanan kulinernya. Salah satu yang menarik adalah kuliner Pa'piong.

Pa'piong adalah sejenis makanan yang dimasak dengan mengunakan bambu yang diramu dengan sayur bulunangko (mayana) dan burak ( pohon pisang ) yang masih muda. Ada dua macam jenis Pa'piong, yaitu papiong Duku yang isinya biasanya daging, dan  Pa'piong Bo'bo yang berisi beras. Joni Lembang dalam laman lifestyle.sindonews.com mengulas berbagai kemasan kuliner Pa'piong ini. Salah satunya yang terkenal adalah Pa'piong Ikan Mas. Bumbu Pa’piong tergolong sederhana, yaitu cabai, bawang merah, bawang putih, garam, potongan jahe, dan batang serai.

Proses memasak Pa’piong biasanya membutuhkan waktu 1—2 jam lamanya. Memasaknya, bambu yang diisi dengan bumbu kemudian dibakar. Lalu jika permukaan bambu mulai menghitam, menandakan Pa’piong sudah masak, dan siap diangkat untuk disantap.

[caption id="attachment_2327" align="aligncenter" width="1600"] Salah satu yang menarik adalah kuliner Pa'piong. Pa'piong adalah sejenis makanan yang dimasak dengan mengunakan bambu yang diramu dengan sayur bulunangko (mayana) dan burak ( pohon pisang ) yang masih muda. (foto: hakuna matata)[/caption]

Sensasi kuliner Pa'piong di Tana Toraja memang beragam. Biasanya Pa’piong disajikan pada acara-acara penting atau upacara-upacara adat. Namun dengan perkembangan budaya dan wisata, Pa' piong disajikan dengan berbagai macam cara dan kemasan, bahkan jenisnya. Ada berbagai macam sajian Pa' piong dari ikan mas, ayam, tahu, hingga daging babi. Untuk Pa' piong dalam upacara-upacara adat biasanya masih disajikan dengan daging babi yang sudah dibakar lebih dahulu. Namun untuk kepentingan umum dan wisata, sudah banyak Pa’piong yang disajikan di rumah makan dan hotel-hotel berbintang. Walaupun cara memasak Pa’piong dengan  alumunium dan dipanggang dalam oven.

Maka, rasakanlah sensasi Pa'piong Duku atau Pa'piong Bo'bo ketika Anda mampir di Tana Toraja. Jika Anda ingin merasakan sensasi asli Pa'piong, cobalah Anda mengicipinya ketika ada upacara adat pemakaman. Tentu, Pa'piong yang disajikan bukan kuliner halal, karena diramu dengan daging babi.

Namun, jika Anda ingin merasakan sensasi lain dari Pa'piong, cobalah mampir ke rumah-rumah kerabat di Toraja, di mana di desa-desa biasanya akan tersaji Pa'piong Bo'bo  yang lezat dan unik berisi beras. Nah, untuk Pa'piong Bo'bo karena berisi beras, maka Anda akan merasakan  seperti menikmati kuliner nasi bakar khas Toraja.

Berburu Secangkir Teh “Nasgitel” Sudut Angkringan Yogyakarta

Dalam laman blog pribadi Wednes Aria Yuda di eudea.wordpress.com, diulas bagaimana filosofi Teh “Nasgitel”. Teh “Nasgitel” merupakan akronim dari teh panas, wangi, legi (manis), kentel (kental), yang biasa disajikan oleh masyarakat Yogyakarta (tentu juga masyarakat Jawa pada umumnya). Biasanya teh “nasgitel”  diuji dengan aroma tehnya yang kuat, rasanya yang pekat serta manisnya yang pas dengan gula batu. Teh “Nasgitel” bagi masyarakat Jawa pada umumnya mempunyai falsafah yang menarik. Teh “Nasgitel” itu diibaratkan seperti rasa kehidupan. Selalu ada pahit, kental, wangi, panas, ataupun manis dalam kehidupan. Ketika rasa pahit teh, dicampur dengan manisnya gula akan beroleh senyawa rasa yang mengundang selera.

Tentu untuk membuat teh “Nasgitel” ini tidaklah mudah. Ada saja cara yang dilakukan oleh para pedagang angkringan untuk meramu teh sekaliber “Nasgitel” ini. Biasanya mereka meramu dan meracik campuran atau paduan berbagai macam teh. Campuran dan komposisi itulah yang nantinya akan menguji para pedagang angkringan untuk menyajikan rasa teh yang sungguh-sungguh berkaliber “Nasgitel” ini. Jika Anda menyusuri berbagai angkringan di sudut Yogyakarta, Anda dapat mencari dan menguji seberapa jauh angkringan mampu menyajikan teh dengan cita rasa “Nasgitel” itu. Biasanya angkringan yang mempunyai cita rasa teh yang “Nasgitel” ini akan dibanjiri para pelanggan.

[caption id="attachment_2323" align="aligncenter" width="4608"] Teh nasgitel yang diracik khusus oleh pedagang angkringan, konon katanya hal ini menguji keberhasilah angkringan dalam menyajikan teh nasgitel. (foto: Purwono Nugroho Adhi)[/caption]

Mengapa teh “Nasgitel” ini begitu penting bagi masyarakat Yogyakarta? Hal itu karena masyarakat Yogyakarta mempunyai tradisi leluhur mengenai cara minum teh. Dalam laman damniloveindonesia.com,  diulas bahwa tradisi minum teh sudah dikenal di Indonesia dengan tradisi “Patehan” di kalangan Kraton Yogyakarta. Tradisi dimana para abdi dalem Kraton menyajikan minuman teh kepada Sultan Hamengku Buwono yang rutin dilakukan setiap hari pada jam 6 pagi, 11 siang, dan jam 4 sore. Biasanya para abdi dalem mempersiapkan ramuan teh yang “Nasgitel” ini dari Gedhong Patehan. Gedhong Patehan adalah bangunan yang dipergunakan secara khusus untuk meramu dan mempersiapkan minuman teh.

Maka, silahkan coba, Anda berburu di berbagai pelosok sudut Kota Yogyakarta untuk menemukan angkringan yang mampu menyajikan teh dengan cita rasa “Nasgitel” itu. Tentu tidak sembarang angkringan, namun jika Anda menemukannya, pastilah Anda ingin tahu bagaimana rahasia meraciknya. Dan itu biasanya tetap menjadi rahasia, karena itu salah satu ujian untuk menjadi angkringan yang ternama.

Sunday, August 27, 2017

Enaknya Manisan Kolang-Kaling Cap Klenteng Semarang

Kata orang, belum ke Semarang jika tak mampir di kolang-kaling “cap Klenteng” di kawasan Gang Lombok Pecinan Kota Semarang. Tepatnya di jalan Gang Lombok no.11, samping klenteng Tay Kak Sie, ada warung sederhana yang sudah tua. Di dalam warung itu, tertulis cukup besar, “Kolang-Kaling Cap Klenteng.” Nah, di tempat itulah tersedia manisan kolang-kaling yang sudah terkenal sejak dulu. Bahkan saking larisnya, Anda harus pesan dahulu agar tidak kehabisan. Biasanya orang mencari kolang-kaling “Cap Klenteng” ini juga sekalian beli Lumpia Gang Lombok Semarang yang  terkenal itu. Tentu kolang-klaing yang disajikan dalam bentuk manisan ini, bukan sembarang kolang-kaling yang umumnya. Kelasnya bisa dibilang kolang-kaling yang seakan bisa dikatakan top brand. Rasanya,begitu sedap dan sangat mendukung jika dihidangkan dengan es campur yang Anda buat.

Warung kolang-kaling “cap klenteng” ini memang tepat di samping klenteng yang sangat terkenal di Semarang yaitu klenteng Tay Kak Sie. Untuk itu, sekalian jika Anda beli kolang-kaling “cap klenteng” ini sebagai oleh-oleh khas Semarang, jangan lupa sekalian mampir di klenteng Tay Kak Sie ini. Sensasi rasa kolang-kaling akan lebih enak dan memberikan nilai yang sejarah juga, apalagi nama brand “cap Klenteng” tentu dikaitkan dengan klenteng Tay Kak Sie yang begitu elok sebagai salah satu klenteng tua dan terbesar.

[caption id="attachment_2237" align="alignnone" width="4608"] Warung kolang-kaling “Cap Klenteng” ini memang tepat di samping klenteng yang sangat terkenal di Semarang yaitu klenteng Tay Kak Sie. (foto: Purwono Nugroho Adhi)[/caption]

Dalam laman semarangcoret.com, Klenteng Tay Kak Sie merupakan klenteng yang paling besar di Semarang. Klenteng ini juga memiliki tempat pemujaan berbagai dewa dan dewi yang lebih lengkap. Nama Tay Kak Sie itu berarti Kuil Kesadaran Agung. Dan, menariknya, jika Anda ingin mampir, sempatkalah mengikuti salah satu perayaan penting di Tay Kak Sie ini, yaitu arak-arakan Kongco Poo Seng Tay Tee, atau yang sering juga disebut sebagai Dewa Pengobatan.

Kolang-kaling “cap Klenteng” tentu akan menarik bagi Anda. Sekali lagi, selain rasanya yang enak untuk dinikmati, bisa dengan campuran es buah atau hanya sekadar Anda makan sebagai manisan, kolang-kaling ini juga tertua di Semarang. Letak warung di kawasan Gang Lombok yang ada di pecinan Kota Semarang akan membuat Anda tidak hanya memburu wisata kuliner, namun sekaligus menikmati sensasi kawasan pecinan Semarang yang sudah tua dan terkenal itu.

 

Saturday, August 26, 2017

Semaraknya Pasar Semawis Semarang

Sore-sore menjelang malam ke Pasar Semawis, Semarang, rasanya sungguh mengasyikkan. Bagi pencinta kuliner, tentu Pasar Semawis adalah surga. Pasar Semawis adalah pasar malam di daerah pecinan Kota Semarang. Jumat malam, Sabtu malam dan Minggu malam, jalan Gang Warung sepanjang 350 meter dipenuhi oleh tenda-tenda penjaja kuliner beserta meja dan kursi. Pusat jajanan terpanjang di Semarang ini buka mulai jam 6 sore hingga tengah malam.

Menurut Wikipedia,  Pasar ini awalnya merupakan gagasan dari perkumpulan Kopi Semawis (Komunitas Pecinan Semarang untuk Pariwisata). Pasar Semawis bermula dengan diadakannya Pasar Imlek Semawis pada tahun 2004, menyusul diresmikannya Tahun Baru Imlek sebagai Hari Libur Nasional di Indonesia.

[caption id="attachment_2212" align="aligncenter" width="3264"] Di Tahun Baru Imlek, Pasar Semawis lebih semarak dengan lampion-lampion. (foto: images.harianjogja.com)[/caption]

Memang, di perayaan Tahun Baru imlek. Pasar Semawis yang selalu ramai ini, semakin ramai dan meriah dengan pawai dan pertunjukan Barongsai. Panggung besar digelar dan aneka pertunjukan menarik hadir terus-menerus sampai larut malam. Pengunjungpun tak henti-henti berdatangan.

Selain Kuliner, di ujung kanan dan kiri gang dibuka oleh penjual souvenir, baju, perhiasan, dan sejenisnya. Ada juga stand untuk meramal nasib, pijat refleksi, juga karaoke. Cukup banyak orang-orang setengah baya mengantri untuk bernyanyi karaoke di panggung kecil sederhana. Lagu-lagu kenangan, juga lagu-lagi khas Mandarin yang lembut syahdu mengalir menambah kenikmatan pengunjung yang sedang menikmati makan dan langit malam.

[caption id="attachment_2213" align="aligncenter" width="1024"] Salah satu titik Pasar Semawis yang bersahaja. Semua makanan di sini memang lezat dan khas Semarang. (foto: masgembul.com)[/caption]

Pasar Semawis menyajikan beraneka ragam hidangan yang bisa Anda pilih bersama keluarga mulai dari siomay khas Gang Pinggir, soto ayam, pisang plenet khas Semarang, gudeg, nasi ayam, es puter, kue serabi, aneka sate, bubur kacang hingga menu-menu steamboat yang menarik untuk dicicipi. Bisa jadi, aneka kuliner di Pasar Semawis ini cukup bisa mewakili jajanan khas Kota Semarang yang selalu laris karena kenikmatannya.

Pasar Semawis, dalam Wikipedia, terletak di jalan Gang Warung, untuk menuju ke sana, ada beberapa jalan yang bisa dipilih. Dari jalan Gajahmada, dapat masuk lewat jalan Wotgandul Barat > Plampitan > Kranggan > parkir di jalan Beteng. Dari jalan Gajah Mada juga dapat masuk langsung ke jalan Kranggan lewat perempatan Depok. Jalur lain adalah lewat Pasar Johar atau Jurnatan, masuk lewat jalan Pekojan > parkir di jalan Gang Pinggir.

Datanglah dan rasakan sendiri suasana dan kelezatan aneka masakan dari Pasar Semawis yang terkenal ini. Makan malam keluarga bisa semakin semarak.

Thursday, August 24, 2017

Keunikan Peyek Tumpuk Khas Bantul Yogyakarta

Adalah Mbok Tumpuk yang lahir di tahun 1942 di dusun Badegan, Bantul, Yogyakarta. Berbekal kemampuan yang diperoleh secara turun-temurun, pada tahun 1975 Mnok Tumpuk mencoba memproduksi geplak dan menjualnya. Perempuan tersebut memang lahir dari keluarga yang kesehariannya membuat geplak untuk memenuhi kebutuhan hidup. Geplak adalah makanan yang terbuat dari kelapa dicampur gula pasir, saya sendiri lebih suka geplak gula jawa, dan sekarang sulit dicari.

Singkat cerita, berkat keuletan dan kerja kerasnya, usaha yang hanya bermula dengan membuat geplak telah berkembang menjadi toko oleh-oleh besar dengan dua produk andalan berupa geplak, jajanan tradisional khas Bantul, dan nama Mbok Tumpuk makin dikenal dan identik dengan oleh-oleh khas Bantul.

Dilansir dari www.mboktumpuk.com, seringnya Mbok Tumpuk membikin aneka makanan dai tahun 80-an, Mbok Tumpuk mencoba melakukan inovasi dengan membuat makanan yang bahan bakunya dari kacang tanah, tepung beras santan, dan bumbu dapur hingga dibikinlah peyek yang unik, berbeda dari peyek pada umumnya yang biasanya bulat dan pipih, ini dibuat dengan bentuk yang tidak beraturan, seperti bongkahan seolah bertumpuk-tumpuk. Hal inilah yang membuat respon masyarakat luar biasa dan malah menjadi khas dari Mbok Tumpuk. Maka, hingga kini bentuknya masih dipertahankan, bahkan menjadi ciri khas.

[caption id="attachment_2170" align="aligncenter" width="1600"] Suasana memasak peyek tumpuk yang masih tradisional. (foto: jajananjogja.com)[/caption]

Tidak hanya bentuknya yang masih dipertahankan, menurut Tribunews,com, bahan baku yang digunakan pun masih dipertahankan seperti saat pertama kali peyek ini dibuat. Diungkapkan Yahadi (49) karyawan Mbok Tumpuk yang sejak tahun 1984 bertugas memproduksi peyek, beras yang digunakan untuk membuat tepung pun tidak bisa sembarangan.

Beras yang digunakan adalah jenis IR 33. Sebelum digiling menjadi tepung, beras tersebut direndam terlebih dahulu selama semalam. Lebih lanjut dikatakan, untuk membuat adonan peyek, tepung beras tersebut dicampur dengan sejumlah bumbu seperti, kemiri, ketumbar, kencur, serta ditambahi telur kemudian diadoni menggunakan santan.

Setelah adonan siap, kacang tanah dimasukan, baru kemudian digoreng. Proses penggorengannya pun hingga tiga kali dengan menggunakan dua buah wajan. Tahap pertama ialah pembentukan peyek. Tahap kedua penggorengan hingga kering. Setelah peyek didinginkan semalam, pada hari berikutnya peyek digoreng kembali hingga kering.

"Pada proses penggorengan pertama dan kedua, suhu minyak di masing-masing wajan juga berbeda. Di wajan pertama minyaknya lebih panas. Di wajan kedua tidak perlu terlalu panas, karena jika terlalu panas nanti gampang gosong," ungkap Gudel.

Selain bentuk, yang juga spesial dari peyek ini adalah jumlah kacangnya yang banyak di setiap bongkahanya. Bagaimana tidak, perbandingan antara tepung beras dan kacangnya satu banding dua. Jadi setiap satu kilo tepung beras, diberi campuran dua kilo kacang tanah.

Dalam sehari Gudel menghabiskan 50 kilogram tepung beras dan sekitar 90 kilogram kacang tanah. Bahkan pada hari libur panjang, jumlahnya bisa meningkat hingga dua kali lipat. Sama seperti membuat geplak, peyek pun masih diproduksi dengan cara tradisional menggunakan tungku kayu bakar.

Kedua jenis panganan produksi dari dapur Mbok Tumpuk ini hanya bisa anda dapatkan di toko oleh-oleh Geplak Mbok Tumpuk yang berada jalan KHA. Wahid Hasyim No.104 Bantul. Kedua oleh-oleh legendaris ini tidak dijual di tempat lain.

Monday, August 21, 2017

Pizza Gudeg di Kota Gudeg

Nah, kini Anda bisa dapatkan pizza gudeg di Kota Gudeg. Bagaimana ya rasanya? Tentu bagi penggemar pizza, sulit bisa dibayangkan cita rasa Itali dan Jogja ini bila dipadu. Nampaknya masih sangat jarang meski sebenarnya keunikan masakan ini sudah cukup terkenal.

Adalah Chef Anton Yanwar Susilo, Executive Chef Hotel Dafam Fortuna Yogyakarta, yang meracik menu unik ini. Kreasinya dinamakan PAIJO, yaitu Pizza Ala Indonesia Jogja. Tantangannya adalah menghadirkan sebuah makanan yang berasal dari negara Itali dengan cita rasa tradisional Jogja. Di tangan Chef Anton inilah, semuanya menjadi mungkin.

[caption id="attachment_2088" align="aligncenter" width="960"] PAIJO. Pizza gudeg ala Chef Anton, Hotel Dafam Fortuna, Malioboro, Yogyakarta. (foto: Dafam Instagram)[/caption]

Anda yang datang dan mencicipi PAIJO, akan dapat menikmati kelezatan pizza gudeg ini dan dapat merasakan sensasi yang berbeda di setiap potongnya. Menurut harianjogja.com, tidak hanya pizza gudeg PAIJO saja tetapi Hotel Dafam Fortuna, Malioboro, Yogyakarta juga menyajikan MAS TOGE atau Masakan Soto Iga Empuk. Menu ini dapat ditemukan di Lotus Sky Lounge Hotel Dafam Fortuna Malioboro Yogyakarta. Para tamu dapat merasakan sensasi rasa dan cara memasak yang berbeda dari iga, dimana iga tersebut disajikan dalam masakan soto yang disajikan dengan nasi putih, jeruk nipis, dan sambal.

Harga PAIJO dengan topping khas Daerah Istimewa Yogyakarta ini Rp. 69.999,- Anda bisa datang dan menilai sendiri apakah harga yang ditawarkan sudah cukup sepadan dengan sensasi keunikan nikmatnya pizza yang Anda dapatkan.

[caption id="attachment_2089" align="aligncenter" width="959"] Suasana Heavenly Pizza dengan keunikan pizza gudegnya. (foto: CJ Qurotul Ayun)[/caption]

Tak hanya di Hotel Dafam Fortuna, Heavenly Pizza yang dimotori Irvan Nugroho juga menyajikan menu yang sama. Racikannya tak hanya gudeg lengkap seperti sayur, krecek, telur manis lengkap dengan arehnya, tetapi pizza ini juga disajikan dengan lelehan keju mozarella dan saus pizza yang menambah kuat aroma dan rasa dari pizza tersebut.

Selain pizza gudeg, Heavenly Pizza juga menyajikan Pizza rendang dan juga pizza sate. Berada di kawasan Tamansari,Yogyakarta. Harganya berkisar tiga puluh ribuan hingga enam puluh ribuan. Sepadan dengan lokasinya yang bak taman yang indah dan unik dengan angin sepoi-sepoi. Wisatawan mancanegara juga banyak berdatangan ke Heavenly Pizza ini demi menebus rasa penasaran akan pizza gudegnya.

 

Sunday, August 20, 2017

Di Bogor Ada Bir Kocok Si Abah, Segarnya Bikin Kepingin Nambah

Jika Anda menjelajahi Kota Bogor, masukkanlah bir kocok dalam target buruan. Bukan apa-apa, minuman enak ini langka dan tidak dijual di kafe, bar, atau restoran. Anda hanya bisa menemukannya di sebuah gerobak pinggir jalan dekat Gang Aut, Jalan Suryakencana, Bogor.

Bogor memang dikenal sebagai salah satu kota dengan beragam makanan khas. Tetapi, minuman khas yang satu ini tak boleh dilewatkan untuk menyempurnakan pengalaman kuliner Anda.

Bir kocok terbuat dari campuran jahe merah, kayu manis, gula pasir, dan gula aren. Sudah terbayang bukan bagaimana rasanya? Kehangatan jahe merah dan wangi kayu manis bercampur dengan manis gula pasir dan aren.

Sesaat setelah meminum bir kocok ini, rasa hangat akan mengalir di tenggorokan hingga ke dada. Cocok sekali dinikmati saat cuaca sedang dingin. Namun, jika cuaca sedang terik-teriknya, mencobanya dengan tambahan es batu pun tetap nikmat.

Oh iya, gerobak bir kocok Si Abah adalah yang paling dikenal. Ada tertulis Es Bir Kotjok Si Abah dengan gambar foto Abah yang mulai berjualan tahun 1965. Usaha Abah itu diteruskan oleh Eman sejak 2008. Upaya pelestarian kuliner yang patut diapresiasi.

Anda tak perlu merogoh kocek dalam-dalam untuk menikmati segelas bir kocok. Terakhir kali Traveltoday mencobanya hanya harus membayar Rp5000 saja. Kalau pun naik, tak akan terlalu tinggi lah....

Saat kami mencobanya, hujan turun rintik-rintik. Padahal panas terik belum hilang. Gelas pertama kandas dengan cepat, lalu gelas kedua pun terpesan. Ya, memang 'memabukkan' nikmatnya.

Saturday, August 19, 2017

Lentog Tanjung, Kuliner Khas Kudus yang Nikmat Tak Berujung

Hampir setiap kota di Indonesia memiliki makanan khas yang mudah diidentikkan dengan kota tersebut. Tak terkecuali dengan Kota Kudus, Jawa Tengah. Jika singgah ke kota ini, Anda perlu mencoba lentog saat sarapan pagi.

Lentog berarti lontong, makanan yang yang terbuat dari beras yang dibungkus daun pisang. Masyarakat Indonesia tentu tak asing dengan makanan yang satu ini. Tetapi, lentog Tanjung begitu dikenal di Kudus.

Menurut wikipedia, pada suatu masa penjual lentog berasal dari Desa Tanjungkarang atau Tanjung. Maka, dinamailah sebagai lentog Tanjung. Desa Tanjung terletak di Kecamatan Jati, Kabupaten Kudus.

Hal yang unik dari lentog adalah ukurannya yang sebesar betis orang dewasa. Wah, besar sekali! Lalu, bagaimana cara menghidangkannya? Sabar dan jangan panik. Tentu saja lentog akan dipotong kecil-kecil.

[caption id="attachment_2008" align="aligncenter" width="800"] Penjual lentog Tanjung di Kudus, Jawa Tengah. Hmm... perhatikan besar lentognya. (foto: emakmbolang.com)[/caption]

Setelah lentog dipotong-potong, kemudian diberi sayur gori atau nangka muda, dan lodeh tahu. Taburan bawang goreng tentu tak ketinggalan. Lentog dihidangkan di atas piring yang telah dilapisi daun pisang.

Tampilannya begitu sederhana. Cita rasa tradisionalnya semakin kentara saat Anda memakannya tidak dengan sendok, melainkan menggunakan suru atau alat penyendok yang terbuat dari daun pisang.

Selain itu, Anda bisa menambahkan lauk yang biasa disediakan oleh penjualnya. Ada sate telur puyuh atau yang lainnya.

Lentog Tanjung akan mudah ditemui ketika Anda menginjakkan kaki di kota tersebut. Ini menjadi bukti bahwa masyarakat Kudus begitu bangga dengan kuliner khas mereka dan melestarikannya.

Lentog Tanjung pun punya sejarahnya tersendiri. Keberadaannya berkaitan dengan sejarah penyebaran agama Islam oleh para wali di kota tersebut. Anda pun dapat menanyakan langsung kepada para penjual atau masyarakat Kudus mengenai sejarah ini.

Begitulah lentog Tanjung, nikmat kuliner dan sejarah yang tak berujung.

Thursday, August 17, 2017

Mencicipi Aroma Masakan Sumatera Utara, dari Manuk Napinadar dan Ikan Putih Panggang

Jika Anda mampir kuliner di daerah Sumatera Utara, entah dari kuliner Batak hingga Nias, maka cicipilah masakan yang memang menarik di lidah, yaitu manuk atau ayam Napinadar dan ikan putih panggang atau juga ikan aso-aso.

Makanan manuk atau ayam Napinadar dan ikan putih panggang ini memang dikenal dengan masakan khas. Namun masakan ini, pastinya dapat ditemukan dengan mudah di berbagai penjuru tempat di daerah Sumatera Utara yang biasanya dihidangkan pada pesta adat tertentu atau sebagai hidangan yang umum disajikan.

[caption id="attachment_1961" align="aligncenter" width="4608"] Ayam Napinadar, kuliner khas Btak yang nikmat disantap. (foto: Purwono Nugroho Adhi)[/caption]

Sajian kedua masakan itu, begitu mengguncang lidah dan rasa. Manuk atau ayam Napinadar merupakan kuliner ayam panggang yang disiram dengan saos spesial yakni darah ayam itu sendiri. Tidak hanya soal darah ayam itu, aroma dan rasanya semakin khas ketika dibumbui andaliman dan bawang putih yang digiling halus dan dimasak. Sedangkan kuliner ikan putih, mempunyai rasa dan termasuk kuliner dengan energi yang luar biasa.

Daging ikan putih dengan kandungan protein yang begitu tinggi, membuatnya kuliner sehat sekaligus enak. Apalagi, ikan putih dikenal tidak mengandung lemak berbahaya, bahkan konon mempunyai vitamin dan mikro nutrisi yang berguna.

Jika manuk atau ayam Napinadar dikenal sebagai kuliner khas Batak, sedangkan ikan putih panggang dikenal sebagai Na Tinombur masakan khas Tapanuli. Inilah, kedua kuliner yang patut Anda cicipi jika Anda bertualang di kawasan daerah Sumatera Utara. Masakan ini akan Anda mudah jumpai, ketika Anda mengunjungi Toba, Nias hingga Tapanuli. Tentu, tidak hanya kedua masakan itu, melainkan masih banyak masakan lain yang mengguncang lidah Anda.

Namun, kedua masakan itu janganlah Anda lewatkan ketika menjelajah kampung-kampung dan pelosok kota di daerah Sumatera Utara. Apalagi, kedua masakan itu senantiasa ditemani dengan sambal tuktuk, dan aroma rasa andaliman sebagai bumbu masak yang khas. Wangi andaliman terasa seperti wangi jeruk yang memberi sensasi tersendiri di lidah Anda.

Saturday, August 12, 2017

Berita Hangat Bubur Lemu, Makanan Ndesa yang Terangkat

Pemberitaan media yang hangat, tentang pertemuan Putra Sulung Presiden Joko Widodo, Gibran Rakabuming Raka, dengan Putra Sulung Presiden ke-6 RI, Susilo Bambang Yudhoyono yakni Agus Harimurti Yudhoyono, mengingatkan saya pada makanan ndesa bubur lemu yang pernah saya cicipi ketika berada di Jogja.

Jogja? Hmm,...rupanya bubur ini memang tak hanya ada di Solo, tempat Gibran lahir. Di kampung-kampung, di Jawa Tengah, bubur ini nampaknya masih ada hingga kini. Hanya saja, bubur lemu kerap disajikan secara berbeda.

Misalnya saja di Semarang, bubur lemu disajikan dalam bentuk bubur bersama sambal goreng krecek, dengan terik ayam atau tahu. Mungkin sedikit persamaan, bubur lemu di Solo maupun Jogja, bubur disajikan bersama gudeg lengkap.

[caption id="attachment_1807" align="aligncenter" width="700"] Bubur Lemu dalam bentuk lain, sajian bubur dan sambal goreng krecek dengan tempe pedasnya, terek tahu tanpa gudeg dan siraman areh-nya. (foto: Tribun Jogja)[/caption]

Seperti yang dilansir Kompas.com, terselip makna dalam sepiring masakan bubur lemu. Dosen Prodi Sejarah Fakultas Sastra Universitas Sanata Dharma Yogyakarta, Heri Priyatmoko mengungkapkan bahwa dari kacamata sosiologi, bubur adalah makanan tradisional yang tak terperangkap dalam kasta sosial. Dari keluarga raja, priyayi hingga wong cilik sama-sama memakai jenang untuk dikonsumsi dan sebagai sesaji.

"Jenang atau bubur sukses melebur di kehidupan masyarakat. Bubur bukan milik satu golongan saja. Bubur makanan asli Nusantara adalah simbol kesederhanaan. Bahan untuk membuatnya berasal dari lingkungan sekitar, tanpa harus impor, dan diolah dengan cara sederhana. Bubur  biasa disajikan di atas takir atau daun pisang yang dipetik di pekarangan rumah".

Heri Priyatmoko juga mengungkapkan,  bahwa menghadirkan dan membincangkan jenang berarti kita melihat bentuk Nusantara (Jawa) yang asli, tanpa kepalsuan. Pelajaran hidup sederhana, dan tiada kesenjangan sosial.

Namun sebetulnya, mengapa dinamakan bubur lemu? Apakah karena bubur masakan ndesa ini bila disajikan lengkap dapat membuat tubuh kita jadi gemuk, atau bagaimana? Entahlah. Sepertinya turun temurun nama itu begitu saja ada.

[caption id="attachment_1808" align="aligncenter" width="700"] Warung Bubur Lemu, Yogyakarta. Bertahan di tengah maraknya bubur Jakarta yang masuk ke Yogyakarta. (foto: Tribun Jogja)[/caption]

Akan tetapi, di Jogja ternyata ada warung makan bernama Bubur Lemu. Dijelaskan Nanang Kuswanto dalam Tribun Jogja, selaku pengelola Bubur Lemu, penamaan ini dipilih karena penjualnya bertubuh tambun atau gemuk, yang dalam bahasa Jawa berarti lemu.

Warung Bubur Lemu berada di Jalan Gajah Mada, Kelurahan Pakualaman, Yogyakarta. Nanang memilih berjualan khas Yogyakarta ini karena ingin mempertahankan jenis bubur lemu di tengah semakin banyaknya bubur Jakarta di Yogyakarta. Kini makin sedikit orang berjualan bubur lemu.

Penyajiannya tak beda lho dengan bubur lemu yang teramu dalam jamuan putra Presiden dan mantan Presiden itu. Anda perlu mencoba masakan ndesa ini, terbukti kenikmatannya mampu menghangatkan suasana perpolitikan di Indonesia.

Wednesday, August 9, 2017

Kalau ke Makassar, Manjakan Lidah Anda dengan 5 Kuliner Khas Ini

Berkunjung ke kota Makassar, tak akan komplit bila Anda melewatkan suguhan beberapa makanan khas yang enak. Ada beberapa kuliner khas yang pantas Anda cicipi dan nikmati, yaitu Coto Makasar, Es Pisang Ijo, Pisang Epe, Bakpao Lompobattang dan sajian masakan beraroma Tiongkok (Chinese Food) di area kios Jalan Lombok.

1. Coto Makassar


[caption id="attachment_1645" align="aligncenter" width="640"] Coto Makassar (foto: Purwono Nugroho Adhi)[/caption]

Kuliner Coto Makassar adalah sajian kuliner yang paling mudah dan umum untuk dijumpai. Namun walaupun terbilang paling umum, Coto Makassar sering disebut orang sebagai ampah patang pulo, yang artinya untuk membuat Coto Makassar dibutuhkan rempah dan ramuan hingga 40 macam.

Nah, untuk menikmati sajian kuliner yang satu ini, Anda diharapkan cek kesehatan dulu ya. Coba saja bayangkan, kuahnya dibuat dari rebusan jeroan bercampur daging sapi. Menariknya lagi, Anda tak perlu pusing tujuh keliling untuk mencari dan berburu sajian kuliner Coto Makassar ini, karena rumah makannya selalu mengambil nama sesuai jalan di mana berada. Katanya, konon rumah makan Coto Makassar yang mempergunakan nama jalan, berarti ia yang tertua.

2. Es Pisang Ijo


[caption id="attachment_1646" align="aligncenter" width="640"] Es pisang ijo khas Makassar (foto: Purwono Nugroho Adhi)[/caption]

Kuliner khas Makassar yang satu ini, tentu sudah biasa Anda nikmati di berbagai tempat. Saat ini menjamur di mana-mana sajian es pisang ijo. Tapi, sajian es pisang ijo Makassar memang nikmat. Sajian es pisang ijo Makassar disajikan dengan porsi menu yang lumayan mengenyangkan karena mengandung tepung beras dan pisang raja yang diolah dengan segarnya es.

Dalam diskusi laman Kaskus, es pisang ijo konon asalnya dari legenda seorang bernama Ijo yang harus menghadapi raja lalim. Ia kemudian menyuguhkan jamuan pisang ijo yang nikmat sehingga sang raja tidak jadi menghukumnya. Tidak diketahui dari mana asal legenda ini, namun yang jelas es pisang ijo Makassar merupakan sajian yang khas untuk Bulan Puasa Ramadhan.

3. Pisang Epe


[caption id="attachment_1647" align="aligncenter" width="640"] Pisang epe kudapan khas Makassar yang patut Anda cicipi. (foto: Purwono Nugroho Adhi)[/caption]

Pisang epe memang seperti sajian pisang bakar yang lazim muncul di ruang-ruang publik perkotaan. Menurut masyarakat Makassar, kata “epe” dikaitkan dengan istilah “jepit”. Maka ketika Anda berkunjung di kios-kios Pisang Epe yang bertebaran di sepanjang Pantai Losari, Anda akan menyaksikan pisang yang belum terlalu matang dijepit dan dibakar, kemudian disajikan dengan coklat atau keju yang ditiris. Memang sajian ini, bisa Anda temukan di berbagai belahan tempat di Indonesia.

Namun, menikmati Pisang Epe dengan nongkrong malam hari di seputaran Pantai Losari, menjadikan nuansa yang berbeda. Apalagi sambil menikmati udara malam Pantai Losari dengan Masjid apungnya.

4. Bakpao Lompobattang


[caption id="attachment_1648" align="aligncenter" width="640"] Bakpao Lompobattang, Makassar. (foto: Purwono Nugroho Adhi)[/caption]

Bakpao tentu bukan kuliner yang asing bagi Anda, tapi bakpao yang satu ini adalah kuliner khas Makassar. Makanan kudapan yang konon merupakan makanan tradisional Tionghoa ini sudah dikenal luas di kalangan masyarakat. Jika Anda ke Makassar, mampirlah ke oleh-oleh Bakpao Lompobattang. Anda akan disuguhi cita rasa yang berbeda sajian bakpao. Bakpao ini dikenal padat berisi. Dagingnya dipadu dengan telor di dalamnya. Bakpao ini pun disajikan dengan saos sambal khas Makassar.

5. Masakan Tiongkok di Kios Lombok


[caption id="attachment_1649" align="aligncenter" width="640"] Sajian aneka ragam masakan khas Tiongkok (Chinese food) di area Kios Lombok Bontoala, Makassar. (foto: Purwono Nugroho Adhi)[/caption]

Tak ketinggalan, yang patut Anda kunjungi jika ke Makassar adalah sajian aneka ragam masakan beraroma Tiongkok (Chinese Food) di area Kios Lombok Bontoala. Di tempat ini, Anda dapat memilih beraneka ragam masakan China yang begitu rupa, dari ikan goreng, kepiting yang dibumbui dengan saus asam manis, dipadu dengan irisan paprika dan nanas, serta berbagai macam aneka mie hingga nasi goreng.

Chinese Restaurant di seputar Jalan Lombok Makassar ini memang sudah terkenal sejak dulu. Area ini ramai jika malam hari sekitar pukul 21.00 ke atas, dimana banyak masyarakat Makassar yang ingin merasakan kuliner malam.

Monday, August 7, 2017

Ada Pecel Enak di Tawangmangu, Pecel Tengahan Ala Bu Ugie

Pecel bisa jadi makanan yang tidak asing bagi Anda. Tetapi, pecel yang kabarnya berasal dari Jawa Timur ini sepertinya mempunyai cara mengolah yang berbeda-beda.

Biasanya, kekhasan pecel terletak pada rasa tumbukan sambal kacangnya. Rasa ramuan bumbu tumbukan kacang itulah yang membedakan pesonanya di berbagai belahan tempat.

Konon kata orang sesepuh Jawa, sambal kacang pecel merupakan suatu bentuk lain dari konsep “saus salad” (salad dressings). Dalam History of Salad Dressings, yang diulas dalam dressings-sauces.org, saus salad memang telah lama menjadi makanan favorit tempo dulu semenjak era Babilonia dan Mesir. Untuk itu, menarik jika saus salad itu hadir di khasanah harian yang Anda kenal dengan sambal pecel.

Maka berbicara soal pecel, pernahkah mampir di Warung Makan Bu Ugie yang terletak di kawasan Tawangmangu, Kabupaten Karanganyar, Jawa Tengah? Sebuah warung makan yang dikenal dengan sop buntutnya itu, menyajikan pecel yang mempunyai pesona antara masakan Jawa Tengah dan Jawa Timur.

Pecel rasa "tengahan"


[caption id="attachment_1591" align="aligncenter" width="640"] Sajian nasi pecel ala Warung Makan Bu Ugie di kawasan Tawangmangu, Kabupaten Karanganyar, Jawa Tengah (foto: Purwono Nugroho Adhi)[/caption]

Pecel yang disajikan di Warung Makan Bu Ugie memang terbilang umum, namun rasanya ingin mengajak para penikmatnya untuk tidak hanya merasakan pedas ala Jawa Timur, tetapi juga manisnya hidangan Surakarta, Jawa Tengah. Maka, pecel terasa seperti menjadi penanda daerah “tengahan”, sebelum Anda menuju ke Jawa Timur atau sebaliknya.

Pecel ala Bu Ugie dihiasi dengan telur ceplok, rempeyek kacang atau kerupuk gendar, sehingga pecel menjadi semakin nikmat. Apalagi pecel “ala” Warung Makan Ibu Ugie juga dilengkapi dengan sajian tempe hangat dan empal yang bisa disantap sebagai hidangan pelengkap.

Banyak orang mengatakan bahwa rasa pecel Bu Ugie seperti pecel ala Blitar dan Nganjuk, namun lebih terasa manisnya. Sajiannya seperti ala pecel Malang dengan rempeyeknya, walaupun sambal lebih halus dan lembut. Namun itu semua, tak akan komplit dengan suasana sejuknya Tawangmangu yang membuat pecel Bu Ugie menjadi sajian alternatif untuk menikmati wisata.

Maka, jika Anda melalui Tawangmangu, singgahlah di Warung Makan Bu Ugie, untuk tak sekedar menikmati menu utamanya sop buntut, namun juga rasakan hidangan pecelnya yang nikmat.

Lezatnya Swike 'Tersembunyi' Bu Harni di Grobogan Purwodadi

Berburu kuliner swike terbilang mengasyikan. Swike sudah dikenal sejak lama sebagai kuliner khas Grobogan Purwodadi. Dalam wikipedia, konon makanan swike ini asalnya merupakan masakan Tionghoa Indonesia berupa kaki kodok yang dimasak dengan paduan bumbu bawang putih, jahe, tauco, garam, dan lada. Biasanya dihidangkan dengan taburan bawang putih goreng dan biasanya disajikan dengan nasi putih.

Hidangan ini ada yang dalam bentuk sup, goreng kering, atau ditumis. Konon istilah "swikee" berasal dari dialek Hokkian sui yang berarti air dan ke yang artinya ayam. Istilah itu dimaksudkan sebagai bahasa slang atau penghalusan untuk menyebut kodok sebagai "ayam air".
Tersembunyi dan bersahaja

[caption id="attachment_1585" align="aligncenter" width="640"] Anda dipersilakan melongok ke dapur Bu Harni. Di sini swike lezat diracik. (foto: Purwono Nugroho Adhi)[/caption]

Ketika Anda ingin berburu makanan swike di daerah Purwodadi, silakan masukkan dalam daftar perburuan Anda, Warung Swike KodokBbu Harni yang terletak begitu “tersembunyi” di Desa Genuk Suran, Purwodadi.

Warung Swike Kodok Bu Harni memang tidak terletak di pinggir jalan-jalan protokol Purwodadi seperti halnya warung-warung swike lainnya. Warungnya harus Anda cari dengan menyusuri jalanan pedesaan.

Warungnya pun tidak semegah dan terlihat seperti warung swike terkenal lainnya. Warungnya seperti rumah biasa. Namun, itulah yang menarik bagi perburuan kuliner. Anda diajak seperti berkunjung ke rumah warga biasa, seperti layaknya bertamu dan makan ala kadarnya.

Tempatnya memang tidak diset layaknya ruang makan, namun seperti ruang tamu dengan gelaran tikar sederhana. Anda pun dipersilakan juga melihat dapurnya, bahkan melihat para kerabat Ibu Harni mengolah swike di belakang rumah.
Harga dan suasana kekeluargaan

[caption id="attachment_1586" align="aligncenter" width="640"] Swike lezat telah tersaji. Mari kita santap dengan senang hati. (foto: Purwono Nugroho Adhi)[/caption]

Makan di Warung Swike Kodok Bu Harni terasa di rumah sendiri. Apalagi, lezatnya olahan swike dari pepes, goreng hingga tumisnya yang sangat terasa paduan tauco dan jahenya.

Harganya juga terbilang rata-rata. Sekali porsi berkisar dari Rp20.000 hingga Rp25.000. Anda pun makan dengan pelayanan yang tak seperti ala restoran dengan menu dan para pramusajinya. Namun dengan kekeluargaan, berbincang di dapur dan teras rumah, sambil bercengkerama menikmati sajian swike.

Akan terasa asyik jika Anda berkunjung di malam hari bersama teman dan keluarga. Tak sekadar lezat makanan yang anda cicipi, suasana kekeluargaan pun hinggap di hati.

Friday, February 24, 2017

Ngopi dan Merendam Kaki di Bandung

Judul di atas mungkin tak biasa. Atau kalaupun ada cofee lovers yang pernah melakukannya, mungkin bukan di kedai kopi yang biasa dikunjunginya. Adakah yang pernah singgah di One Eighty Coffee, Bandung?

Kedai kopi ini memang menawarkan sensasi yang tak biasa. Tentu saja kopi menjadi andalan mereka untuk menarik pengunjung. Tetapi Anda bisa ngopi sambil merendam kaki.

One Eighty Coffee menyediakan sejumlah meja dan kursi yang sengaja diletakkan di dalam sebuah kolam yang berisi air. Ketinggian air yang hanya sebatas mata kaki orang dewasa tak membuat pengunjung yang memilih spot itu untuk bersusah payah menuju kursi yang dipilih.

Idenya boleh juga ya. Bisa saja yang berkunjung ke sana adalah mereka yang baru saja sampai di Bandung setelah melalui perjalanan jauh yang melelahkan. Sehingga menyeruput kopi atau minuman lain sambil merendam kaki akan memberikan efek rileks.

Selain meja-kursi yang berada di dalam kolam air ada juga lokasi yang konvensional. Anda tak perlu khawatir jika memang tak hendak menikmati sensasi ini. Apalagi, seringkali pengunjung harus antre untuk bisa duduk di tempat yang unik tadi.

One Eighty Coffee terletak di Jl. Ganesha No. 3, Bandung. Letaknya berseberangan dengan Rumah Sakit Boromeus dan dekat dengan Kampus Institut Teknologi Bandung.

Semoga Anda datang di waktu yang tepat ya. Jangan lupa ambil beberapa foto di kedai kopi yang instagramable ini. (ji)

Sunday, February 12, 2017

Berburu Makanan Serba Seribu dan Serba Nikmat di Semarang

Simpang Lima sudah sangat terkenal buat penikmat kuliner. Bukan hanya masyarakat Kota Semarang tetapi juga untuk pencinta makanan yang sedang berkunjung ke kota ini akan menyempatkan diri untuk mampir.

Banyak warung makan yang berdiri di Simpang Lima. Menunya juga sangat beragam. Mulai dari Mie Jawa dan Nasi Ayam yang sangat terkenal. Sampai makanan lain seperti nasi goreng, pecel ayam, bakso, pecel lele, dan lain-lainnya.

Kalau membahas makanan yang ada di Simpang Lima, tentu tidak akan ada habisnya. Tapi untuk kali ini saya mengajak traveller menuju salah satu sudut di Simpang Lima. Yaitu di Jalan Ahmad Dahlan. Jalan yang terletak di antara Citra Land Mal dan Plaza Simpang Lima.

Gilo-gilo: Makanan Serba Seribu

[caption id="attachment_1145" align="aligncenter" width="690"] Gilo-gilo: Makanan Serba Seribu, foto: traveltoday[/caption]

Sedikit di bawah jembatan penyeberangan yang menghubungkan gedung Citra Land Mal dan Plaza Simpang Lima, di dekat pangkalan taksi, ada gerobak makanan yang selalu ramai oleh pengunjung. Orang Semarang mengenalnya sebagai gilo-gilo. Cara menjajakan makanan yang unik dan khas Semarang.

Isi gerobak gilo -gilo macam-macam. Mulai dari gorengan tempe, tahu, bakwan, dan perkedel. Ada pula beragam jenis sate seperti sate ayam, sate daging, sate usus, sate hati dan rempela, sate kerang, dan darah ayam yang saya tidak berani memakannya.

Potongan buah-buahan seperti pepaya, melon, semangka, bengkoang dan nanas pun ada. Tertata bersama nasi bungkus dan nasi goreng bungkus.

Menariknya, semua makanan yang saya sebutkan tadi dibanderol sama yaitu Rp 1000,-. Ya, seribu rupiah saja. Sangat murah bukan.

Anda bisa duduk di kursi atau lesehan di atas tikar yang telah disediakan. Saya mencoba dua gorengan, satu tusuk sate, dan sepotong buah. Minumnya teh manis. Total cuma lima ribu rupiah saja.
Rasanya pun lezat, tidak kalah dengan gorengan dan sate yang ada di restoran.

Es Puter Conglik

[caption id="attachment_1143" align="aligncenter" width="688"] es puter conglik, foto: traveltoday[/caption]

Setelah puas makan gorengan dan sate berjalanlah lurus menjauhi Simpang Lima menuju Rumah Sakit Telogo Rejo. Sekitar seratus meter, Anda akan menemukan satu warung tenda seperti warung pecel lele di Jakarta. Namun yang dijual es puter. Namanya Es Puter Conglik.

Teman saya bilang kalau dulu ke Semarang itu wajib makan bakpia dan lumpia. Kini makanan yang wajib dicoba adalah Es Puter Conglik dan Tahu Gimbal.

Saya sangat penasaran ingin mencobanya. Menurut teman saya lagi, warung es puter ini sudah sering diliput televisi dan jadi bahasan di media sosial.

Kami duduk di bangku berjejer yang sudah disediakan. Di atas meja ada banyak makanan yang disajikan seperti lumpia, kroket, dan berbagai jenis keripik. Tapi fokus saya tentu saja pada menu utama.

[caption id="attachment_1146" align="aligncenter" width="697"] es puter conglik, foto: traveltoday[/caption]

Di daftar menu memang ada banyak pilihan. Namun yang istimewa adalah Es Cream Komplit. Yang terdiri dari dua potong durian, kelapa parut, buah lontar, potongan roti pandan, satu skop es krim stroberi, vaniIa, dan alpukat. Saya langsung memilih menu tersebut.

Tidak sampai lima menit, es krim yang saya pesan sudah datang. Perpaduan warna kuning durian, hijau roti pandan, dan alpukat, merah stroberi dan putih susu vanila, tampak sangat indah dan menggugah selera. Rasanya benar-benar nikmat.

Menu yang saya pilih itu mesti ditebus dengan harga Rp 25.000,-. Harga yang terasa murah karena kelezatannya.

Tahu Gimbal Bu Temu

[caption id="attachment_1144" align="aligncenter" width="700"] tahu gimbal ibu temu, foto: traveltoday[/caption]

Sebenarnya perut saya sudah penuh. Tapi tetap penasaran dengan Tahu Gimbal Bu Temu. Letaknya cuma beberapa puluh meter dari Es Puter Congklik. Tepatnya persis di depan pintu masuk RS Telogo Rejo.

Hari mulai hujan ketika kami mampir ke sana. Saya langsung pesan menu tahu gimbal lengkap tanpa lontong. Bu Temu pemilik warung sudah tampak tua. Is menyiapkan menu yang kami pesan sambil berlindung dari hujan.

Tak lama kemudian tersaji satu porsi tahu gimbal. Saya mengaduknya perlahan sambil memperhatikan isinya.

Ada potongan tahu goreng, telur ceplok, gimbal yaitu bakwan isi udang yang juga dipotong-potong dan irisan kol mentah. Diatasnya ditabur kuah kacang. Serta kerupuk. Mirip gado-gado dengan isi yang berbeda.

Setelah tercampur rata, saya makan perlahan. Mencoba merasakan kelezatannya.

Ternyata teman saya tidak salah. Tahu Gimbal Bu Temu memang nikmat dan murah. Sepiring harganya Rp 13.000,- saja.

Tahu gimbal menjadi makanan yang harus anda coba kalau sedang ke Semarang. Tentu saja, tahu gimbal menjadi menu favorit saya.

Selamat berwisata kuliner di kota Semarang.

Zahrudin Haris, traveltoday